Page 169 - Prosiding Agraria
P. 169
154 STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI REFORMA AGRARIA:
MELANJUTKAN PENYELESAIAN PERSOALAN AGRARIA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
diskusi tentang skala besar atau perubahan sistemik dalam penyediaan layanan manusia,
karena mempengaruhi kemampuan untuk “going to scale” atau memperluas cakupan inisiatif
tersebut. Wacana untuk memperoleh pendanaan dari pihak luar selain pemerintah di lokasi-
lokasi penelitian sudah ada. Ini menunjukkan bahwa geliat GTRA untuk berkembang masih
menyala.
Dimensi Hasil dan Akuntabilitas
Dimensi “outcomes” dan “accountability” merujuk pada hasil dan pertanggungjawaban
layanan integratif. Outcomes adalah efek atau hasil dari layanan integartif. Accountability
(Pertanggungjawaban) berkaitan dengan evaluasi dan penilaian seberapa efektif layanan
mencapai hasil yang diinginkan. Ini termasuk pertanyaan tentang apakah kemitraan tersebut
layak waktu, uang, usaha, dan modal politik yang diinvestasikan, serta apakah kombinasi
tingkat integrasi pada setiap dimensi tertentu lebih efektif dari segi biaya dibandingkan
dengan yang lain. Bagian ini mungkin murni opini penulis berdasarkan berbagai hal yang
telah dilalui selama penelitian.
Aspek hasil dalam layanan integratif GTRA seolah-olah tidak berhubungan. Baru di level per-
tukaran informasi dan komunikasi atau level kerja sama dan koordinasi saja, Kampung-Kampung
Reforma Agraria (Pandeglang, Rejang Lebong, Bangka, Wonosobo dan lain-lain) sudah banyak dil-
aporkan sebagai cerita sukses. Lalu, untuk apa pendefinisian layanan integratif GTRA masih diper-
lukan? Jawabannya adalah karena inefisiensi serta inefektivitas masih terjadi dalam praktik GTRA.
Selama GTRA dipercaya sebagai satu cara untuk pencapaian kesejahteraan masyarakat, peningka-
tan kinerja untuk mencapai efisiensi serta efektivitas lebih tinggi merupakan hal yang harus terus
dilakukan.
Dimensi Sistem Informasi dan Manajemen Data
Dimensi “information systems and data management” berkaitan dengan cara data dan
informasi dikelola dan digunakan dalam layanan integratif. Ini bisa mencakup pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan, dan distribusi data untuk memastikan layanan yang efektif dan
terkoordinasi antara berbagai mitra dalam entitas integratif. Penggunaan sistem informasi
serta manajemen data organisasi GTRA di tingkat kabupaten/kota menurut persepsi penulis
masih belum terlihat. Model komunikasi antar anggota saja, sebagaimana sudah disinggung
di atas, masih efektif melalui cara komunikasi verbal. Kemudian, jika melihat situs-situs yang
dimiliki pemerintah daerah terentang dari mulai baik hingga kurang baik, kapasitas teknologi
informasi pemerintah daerah juga sangat beragam. Jika dimensi ini dipaksakan harus ada
pada organisasi GTRA terutama di daerah, menurut penulis hal ini akan kontraproduktif.
Masih banyaknya ‘PR’ yang harus dikerjakan akan semakin membuat efektivitas serta
efisiensi kinerja GTRA akan semakin rendah. Satu usulan yang baik dari narasumber adalah
penggunaan situs BHUMI ATR sebagai wadah manajemen data dan informasi adalah layak
untuk dipertimbangkan