Page 178 - Prosiding Agraria
P. 178

Menata Tanah Timbul,  163
                                                                                    Mengurai Sengketa Agraria

             anakan dan telah mengalami penataan aset. Tanah timbul yang telah diredistribusi ini secara
             eksisting berupa lahan permukiman yang dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat.

                  Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
             Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data
             tanpa  melalui  perantara.  Data  primer diperoleh  melalui  wawancara  terhadap  pejabat di

             Kantor Pertanahan Kabupaten Cilacap, aparat desa di Desa Ujunggagak yang telah dilakukan
             penataan aset, masyarakat baik penerima redistribusi tanah serta penggarap lain yang terlibat
             dalam konflik penguasaan tanah.



             C.  Hasil dan Pembahasan
             1.  Implementasi Penataan Aset pada TORA Tanah Timbul

                  a.  Latar Belakang Penataan Aset TORA Tanah Timbul
                     Istilah “Tanah timbul” atau dalam KUHPerdata yang berlaku di Indonesia disebut
                     dengan “aanslibbing”, atau “channelbar” maupun “deltaber” di dokumen berbahasa

                     Inggris, atau “Tanah Oloran”, “Tanah Balete”, “Wedi Kengser”, “Lidah Tanah”, “Tanah
                     Tambah”, “Tanah Tumbuh”, maupun penamaan lokal lain menurut Sulastriyono dalam
                     (Cristian, 2019). Tanah timbul / aanslibbling menurut Petunjuk Teknis Tanah Timbul
                     Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Tahun 2022 adalah

                     daratan yang terbentuk secara alami maupun buatan karena proses pengendapan di
                     sungai, danau, pantai dan/atau pulau timbul, serta penguasaan tanahnya dikuasai
                     negara.  Tanah  timbul  umumnya muncul  di  kawasan  pantai  yang lokasinya  dekat
                     dengan muara sungai yang berarus besar. Erosi tanah di hulu sungai yang terbawa

                     arus dan mengendap ditengarai menjadi penyebab sedimentasi yang tinggi di sungai.
                     Jika hal ini terus terjadi, maka akan menyebabkan munculnya endapan lumpur yang
                     terus bertambah dan meninggi sehingga menjadi daratan (Natsir, 2016).
                     Keberadaan  tanah  timbul  di  wilayah  laguna  segara anakan  terjadi  sejak  puluhan

                     tahun lalu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada tahun 1975 di wilayah
                     tersebut sudah terjadi tanah timbul. Bahkan berdasarkan pertimbangan Keputusan
                     Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Tengah No. 273/
                     SK-33.NP.02.03/VIII/2023  tentang Penetapan  Tanah yang Dikuasai Langsung Oleh

                     Negara Menjadi  Tanah Obyek Redistribusi  yang  Terletak Di Desa Ujunggagak
                     Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah diketahui bahwa
                     masyarakat telah  menguasai tanah tersebut  sejak tahun  1950.  Rumah-rumah  di
                     wilayah tersebut sudah berupa rumah panggung yang berdiri di atas tanah timbul.

                     Tanah timbul di masa itu kondisinya belum terlalu tinggi dan cenderung masih belum
                     stabil, sehingga masyarakat atas inisiatif sendiri mempercepat proses tanah timbul
                     tersebut  dengan menimbulkan  tanah melalui  pengurukan  tanah  di lokasi  rumah
                     masing-masing. Adapun masyarakat asli kampung laut adalah masyarakat nelayan

                     yang menggantungkan hidupnya melalui hasil melaut.
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183