Page 180 - Prosiding Agraria
P. 180

Menata Tanah Timbul,  165
                                                                                    Mengurai Sengketa Agraria

                     belum dilekati hak atas tanah apapun sehingga setiap orang dapat menggunakannya.
                     Pada posisi ini setiap orang dapat dengan bebas menggunakannya. Di dalam konteks
                     pengaturan sumber daya agraria di Indonesia, tunduk pada ketentuan Pasal 33 ayat (3)

                     UUD 1945 yang menyatakan bahwa semua sumber daya agraria baik bumi, air, ruang
                     angkasa dan kekayaan yang ada di Indonesia dikuasai oleh negara. Hal ini bermakna
                     penguasaan atas tanah timbul ini ada pada negara meskipun untuk penggunaannya
                     dapat  secara  terbuka digunakan atau dimanfaatkan oleh  semua orang dengan
                     pengaturan negara. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

                     tanah  secara  jelas  membedakan definisi  atas penguasaan,  pemilikan,  penggunaan
                     dan pemanfaatan tanah. Kondisi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
                     timbul yang telah dilakukan oleh masyarakat di desa-desa di Kecamatan Kampung

                     Laut  sejak puluhan  tahun  lalu  menjadi  alasan untuk permohonan penguatan
                     haknya oleh negara. Hal ini juga didorong keinginan masyarakat untuk memperoleh
                     kepastian hukum atas tanah yang dikuasai sekaligus mencapai keharmonisan hidup
                     dengan mengakhiri sengketa pertanahan yang melibatkan antar warga sendiri. Pada
                     konsepsi welfare state, pemerintah diberi kewajiban untuk mewujudkan bestuurszorg

                     (kesejahteraan umum), yang untuk  itu  kepada pemerintah diberikan  kewenangan
                     untuk campur tangan (staatsbemoienis) dalam segala lapangan kehidupan masyarakat
                     (Solechan, 2019).

                  b.  Pelaksanaan Penataan Aset Reforma Agraria
                     Pada tahun 2022, masyarakat mengajukan permohonan persertipikatan tanah timbul

                     yang ada di wilayah Desa Ujunggagak, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap.
                     Hal  ini  ditindaklanjuti  oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Cilacap  dalam  rangka
                     pelaksanaan Reforma  Agraria. Permohonan  redistribusi  tanah ini  diawali  dengan

                     pertimbangan kondisi tanah timbul yang ada di wilayah tersebut. Beberapa indikator
                     fisik dari tanah timbul yang dapat diredistribusikan menurut Juknis 2022 diantaranya:
                     1.  Stabilitas sedimen,  lahan  relatif  tidak berubah-ubah menjadi  bentuk lain atau
                         berpindah-pindah;
                     2.  Tanah  timbul adalah  lahan darat dan  tidak  terendam air saat  pasang  tertinggi

                         (bukan rupa perairan);
                     3.  Fungsi ekologi darat yang ditandai pertumbuhan vegetasi sampai menjadi “pohon”
                         serta habitat bagi “flora dan fauna”;

                     4.  Fungsi ekologi perairan sekitarnya, dengan adanya aliran massa air yang tetap dan
                         stabil dan menjadi habitat biota perairan; dan
                     5.  Fungsi waktu atas stabilitas lahan, lebih dari 5 tahun relatif tidak berubah lagi
                         ke dalam bentuk lain seperti kembali menjadi perairan atau berpindah-pindah
                         lokasi.


                     Indikator-indikator tersebut sebagian besar terpenuhi oleh tanah timbul yang ada
                     di  Kampung Laut.  Tanah  timbul  yang muncul  di  Desa Ujunggagak  relatif  telah
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185