Page 71 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 71

itu dirasakan menguntungkan semua pihak. Berbagai konflik kepentingan
             mengindikasi adanya ketidakpastian hubungan penguasaan antara manusia
             dengan tanah, sedangkan kepastian itu merupakan hal yang mendasar
             untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan. Hak atas tanah
             merupakan hak dasar bagi setiap warga negara yang dijamin konstitusi
             oleh karena itu kepastian hukum kepemilikan atas tanah merupakan salah
             satu kebutuhan yang hakiki. Kepastian hakiki terwujud apabila tidak ada
             lagi keraguan dan kekhawatiran mengenai kepemilikan tanahnya yang
             sudah terdaftar, baik keyakinan dari dirinya sendiri maupun pengakuan
             dari pihak lain. 74
                   Demikian pula halnya terhadap Hak Ulayat sebagaimana telah di
             bahas di atas, maka sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPN RI kepada
             Kakanwil dan Kakantah di seluruh Indonesia Tanggal 4 April 2014
             Nomor 3/SE/IV/2014 tentang Penetapan Eksistensi Masyarakat Hukum
             Adat dan Tanah Ulayat, terhadap tanah ulayat yang sudah ditetapkan
             dengan Peraturan Daerah ditindaklanjuti dengan pencatatan pada peta
             dasar pendaftaran dengan membubuhkan suatu tanda kartografi, dan
             menggambarkan batas-batasnya serta mencatatnya dalam daftar tanah.
             Berdasarkan ketentuan tersebut, terhadap tanah ulayat tidak dilakukan
             pencatatan dalam buku tanah yang dilanjutkan dengan penerbitan
             sertipikatnya. Hal ini dapat dimaknai bahwa tujuan pendaftaran/
             pencatatan tanah ulayat dimaksud bukan untuk tujuan kepastian hukum,
             karena tidak sampai pada penerbitan alat bukti kepemilikan (sertipikat),
             tetapi ditujukan untuk tertib administrasi dan tersedianya data informasi
             sebagaimana tujuan pendaftaran tanah (lihat Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun
             1997). Adapun penjelasannya sebagai ulasan berikut ini.
                   Dilaksanakannya pendaftaran hak atas tanah dengan tujuan kepastian
             hukum, maknanya untuk memberikan kepastian yang menyangkut 3
             (tiga) hal yaitu status tanah, subyek hak dan obyeknya:


             1)    Kepastian status hukum berupa hak pada tanah tersebut sesuai
                   dengan jenis hak yang dimohon.
                        Bila seseorang memohon HM, HGU atau HGB, maka dengan
                   pendaftaran tanah munculah status hukum atas tanah itu menjadi



                   74 Muchthar Wahid, Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, Republika,
             Jakarta, 2008, hal. 3


            64      Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76