Page 233 - Tanah Hutan Rakyat
P. 233
220 Aristiono Nugroho, dkk
disikapi oleh Kementerian Kehutanan (dahulu: Departemen
Kehutanan) dengan mengendalikan jumlah dan kinerja
perusahaan pengolahan kayu. Hal ini penting, agar banyaknya
perusahaan pengolahan kayu tidak menimbulkan ancaman
bagi kelestarian fungsi hutan. Sementara itu, agar perusahaan
pengolahan kayu dapat terus beroperasi, maka Kementerian
Kehutanan melakukan pengendalian penebangan kayu,
dan pengendalikan pasokan kayu. Untuk itu Kementerian
Kehutanan melakukan berbagai upaya yang dapat mendorong
partisipasi masyarakat, dalam menjaga kelestarian fungsi
hutan.
Ikhtiar Kementerian Kehutanan untuk mendorong
partisipasi masyarakat, akhirnya memunculkan etos (ethos)
masyarakat Desa Kalimendong dalam mengelola tanah
hutan rakyat. Elizabeth Walter (2004) menyatakan, bahwa
etos adalah cita-cita dan keyakinan yang dimiliki seseorang
atau suatu kelompok. Cita-cita muncul karena mereka
memiliki pemahaman (understanding), pandangan (thought),
dan gambaran (picture) tertentu dalam pikirannya, yang
selanjutnya menimbulkan keyakinan. Sementara itu, diketahui
bahwa keyakinan adalah suatu cita-cita yang dipercaya sebagai
sesuatu yang benar. Kondisi ini muncul, karena cita-cita yang
ada bersifat realistis (nyata) dan efektif untuk dilaksanakan.
Dalam konteks masyarakat Desa Kalimendong, maka etos
berarti cita-cita dan keyakinan yang dimiliki untuk mencapai
kesejahteraan dalam frame konservasi tanah. Cita-cita ini
muncul karena dalam pikirannya, masyarakat memiliki
pemahaman, pandangan, dan gambaran tentang keberhasilan