Page 147 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 147

138    Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan
                    yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
                 Kedua, lereng Desa Sendang bervariasi,  yaitu: (1)  area
             berlereng sangat datar, dengan ukuran lereng sebesar 0 – 8%; (2)
             area berlereng datar, dengan ukuran lereng sebesar 8 – 15%; (3) area
             berlereng sedang, dengan ukuran lereng sebesar 15 – 25%; (4) area
             berlereng curam, dengan ukuran lereng sebesar 25 – 40%; dan (5)
             area berlereng datar, dengan ukuran lereng lebih dari 40%.
                 Ketiga, di desa ini terdapat dua klasifikasi hidrogeologi antara
             wilayah  yang  berada di  ujung  Timur dengan wilayah  lainnya.
             Pada  wilayah  di  ujung  Timur Desa Sendang  terdapat klasifikasi
             produktivitas  akuifer kecil,  seluas 44,13 Ha. Produktivitas  akuifer
             kecil merupakan kondisi hidrogeologi, yang bercirikan memiliki sifat
             setempat  dan  menunjukan permeabilitas  yang umumnya rendah
             sampai sangat rendah. Sementara itu pada wilayah lainnya terdapat
             klasifikasi setempat akuifer produktif, seluas 802,67 Ha, dari total
             luas  wilayah Desa Sendang  yang mencapai  846,80  Ha. Setempat
             akuifer produktif merupakan kondisi hidrogeologi, yang bercirikan
             memiliki sifat setempat dan menunjukan adanya aliran air melalui
             ruang antar butir batuan.

                 Keempat, jenis tanah di Desa Sendang terdiri dari grumusol dan
             litosol, yang pada bagian Utara terdapat tanah litosol, seluas 591,38
             Ha; sedangkan pada bagian selatan terdapat tanah grumusol, seluas
             255,42 Ha. Tanah litosol memiliki karakteristik sebagai tanah yang
             berasal dari proses pelapukan batuan yang belum sempurna. Oleh
             karena itu,  tanah litosol  mengandung  hanya  sedikit  sekali  unsur
             hara. Dengan demikian tanah litosol bukan merupakan tanah yang
             subur untuk digunakan bercocok tanam. Namun meski demikian,
             tetap ada beberapa tanaman yang dapat hidup di tanah litosol ini.
             Tanah litosol dapat dimanfaatkan sebagai tempat bertanam rumput,
             yang akan dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak, atau beberapa
             jenis tanaman palawija yang tahan dengan  jenis  tanah  ini seperti
             jagung,  serta  juga  untuk ditanami  tanaman  keras.  Sementara  itu,
             tanah grumusol memiliki karakteristik sebagai tanah yang terbentuk
             dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Tanah ini memiliki
             kandungan bahan  organik  yang  rendah, karena karena berasal
             dari dari batuan kapur. Meskipun tanah grumusol tergolong tidak
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152