Page 254 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 254

Membangun Marine Kadaster di Kota Batam     245
                                 (Tinjauan Terhadap Aspek Kesiapan: Institusional Frame Work
                 Pemberian Hak Atas Tanah pada perairan hanya dapat diberikan
             untuk bangunan yang harus ada di wilayah perairan pesisir, antara
             lain: program  strategis  negara;  kepentingan umum;  permukiman
             diatas air  bagi  masyarakat  hukum adat; dan/atau  pariwisata.
             Sedangkan untuk anggota dan atau Masyarakat Hukum Adat yang
             telah tinggal dan menetap di Wilayah Pesisir secara turun temurun,
             dapat  diberikan Hak  Atas  Tanah  tanpa harus memenuhi  syarat
             sebagaimana diatas.
                 Selain syarat yang diatur dalam peraturan perundang undangan
             mengenai pemberian Hak Atas Tanah, pemberian Hak Atas Tanah
             di  Wilayah Pesisir juga harus memenuhi  syarat:  peruntukannya
             sesuai  dengan rencana  tata  ruang  wilayah  provinsi/  kabupaten/
             kota, atau rencana zonasi Wilayah Pesisir; mendapat rekomendasi
             dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam  hal  belum diatur
             mengenai peruntukan tanah dalam RTRW; dan memenuhi ketentuan
             perizinan dari instansi terkait.

                 Wilayah Pesisir tidak dapat diberikan Hak Atas Tanah, dalam
             hal merupakan:
             1.   bangunan yang terletak diluar batas wilayah laut provinsi;
             2.  instalasi eksplorasi dan atau eksploitasi  minyak  bumi, gas,
                 pertambangan, panas bumi;
             3.  instalasi kabel bawah laut, jaringan pipa, dan jaringan transmisi
                 lainnya; dan/atau
             4.  bangunan yang terapung.

             C.  Permasalahan Pemberian Izin dan Pemberian Hak Wilayah Pesisir
                Kota Batam
                 Permasalahan utama dari sisi legal dalam pendaftaran tanah di
             Indonesia adalah sistem pendaftaran tanah di Indonesia menganut
             sistem publikasi  negatif  bertendensikan positif  dimana  sertipikat
             merupakan alat  bukti  yang  kuat dan  penelusuran  riwayat  tanah
             dilakukan secara  berhati-hati sehingga  memerlukan  waktu  yang
             lama untuk proses pendaftaran hak. Di sisi lain masyarakat tidak
             memahami suatu perbedaan yang berarti antara ada sertifikat dan
             tidak ada  sertipikat atas  tanahnya  terutama  pada daerah  rural,
   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259