Page 250 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 250

Membangun Marine Kadaster di Kota Batam     241
                                 (Tinjauan Terhadap Aspek Kesiapan: Institusional Frame Work
                 Dalam pengaturan wilayah pesisir dan perairan terdapat konsep
             Kadaster Kelautan (Marine Cadaster) yang merupakan sebuah sistem
             informasi kelautan  di  mana informasi  utama  diadakan berkaitan
             dengan hak dan kepentingan (bersama dengan pembatasan terkait
             dan tanggung jawab) untuk luasan spasial kelautan (FIG meeting
             September 15th and 16th 2003). Dengan pengaturan melalui marine
             Cadaster tumpang tindih  kewenangan,  carut  marut  pemanfaatan
             dan penggunaan atas ruang laut, konflik kepentingan dapat dicegah.
             Unsur 3 R yaitu Right, Restriction and Responsibility dalam sistem
             kadaster yang digunakan dalam Marine Cadaster dapat mengeliminir
             permasalahan yang disebabkan kompetisi yang tidak sehat. Dalam
             membangun sistem administrasi pertanahan (Land Administration
             System/LAS)  menurut Enemark,  2014  dapat menggunakan  3
             pendekatan yang  fleksibel  yaitu  Pendekatan  Spatial  Framework,
             Legal  Framework dan  Institutional  Framework.  Maka pendekatan
             LAS dengan digabungkannya  lingkungan  laut dapat digunakan
             untuk merancang dan menganalisis persiapan pembangunan Marine
             Cadaster di Kota Batam.


             B.  Kondisi Peraturan Pemberian Izin dan Pemberian Hak di Pesisir
                Kota Batam
                 Sebelum diberlakukannya UU no 1 tahun 2014 dikenal istilah
             HP-3 atau Hak Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Terkecil
             namun sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi pemberian
             hak tersebut dianulir dan mekanismenya diganti menjadi perizinan.

                 UU  No  1  tahun  2014  menyebutkan  bahwa  setiap  orang  yang
             melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian  Perairan  Pesisir dan
             pemanfaatan sebagian  pulau-pulau  kecil secara  menetap  wajib
             memiliki Izin Lokasi yang kemudian Izin Lokasi tersebut menjadi
             dasar pemberian Izin Pengelolaan. Izin Lokasi diberikan berdasarkan
             rencana zonasi  wilayah pesisir  dan pulau-pulau  kecil.  Pemberian
             Izin Lokasi wajib mempertimbangkan kelestarian Ekosistem pesisir
             dan pulau-pulau kecil, Masyarakat, nelayan tradisional, kepentingan
             nasional, dan hak lintas damai bagi kapal asing. Izin lokasi diberikan
             dalam luasan  dan  waktu  tertentu. Izin Lokasi  juga  tidak  dapat
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255