Page 32 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 32

Problematika Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Ulayat     23
                                             di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat
             kegiatan pada  tingkat  adat.  Tahap pertama  ini  bertujuan untuk
             melepaskan  tanah milik  adat (ulayat kaum)  tersebut  dari
             kungkungan adat yang dipegang oleh mamak kepala waris. Kegiatan
             utama  dalam proses  ini  berupa pembuatan  surat pernyataan
             pemilikan tanah (lihat lampiran) yang dimohonkan, sebagai alas hak
             atas tanahnya. Tahapan kedua yaitu kegiatan pada tingkat Instansi
             Pemerintah, yang diawali kegiatan di Nagari, Camat, sampai dengan
             Kantor Pertanahan Kab. Sijunjung Provinsi Sumatera Barat dengan
             kegiatan  merekomendasikan  atau  pengakuan  surat  pernyataan
             pemilikan tanah, sampai kepada penerbitan sertipikat hak. Secara
             detail  tingkatan  kegiatan  tersebut, dapat diketahui   dalam  Surat
             Edaran Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Sumatera Barat Nomor
             500/88/BPN-2007, perihal tertib prosedur penyelesaian permohonan
             penegasan hak atas tanah yang berasal dari tanah adat yang meliputi:
             1) Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang  Tanah (Sporadik);
             2) Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah/Wali nagari; dan 3) Ranji
             keturunan yang bersangkutan (minimal 3 generasi dari pemohon).

                 Selain  daripada  syarat  tersebut  juga  ada  syarat  tambahan
             yaitu Surat pernyataan/persetujuan kaum. Surat ini berisi tentang
             persetujuan  semua  anggota  kaum  sebagai  pemilik  tanah,  untuk
             mensertipikatkan tanah kaum atas nama perorangan atau beberapa
             orang.  Surat  pernyataan dimaksud wajib dibenarkan oleh  Mamak
             Kepala Kaum dan Ketua KAN, serta diketahui oleh wali nagari letak
             tanah.

                 Berdasarkan PP Nomor 24  Tahun 1997  dan ketentuan
             pelaksanaannya PMNA/KBPN Nomor 3  Tahun 199,  prosedur
             pembukuannya  dilakukan melalui penegasan/pengakuan hak oleh
             kepada kantor  pertanahan. Dalam  surat keputusan  penegasan/
             pengakuan oleh Pejabat pertanahan, diketahui bahwa yang menjadi
             subyek hak tanah Ulayat minimal 3 (tiga) generasi, dengan subyek
             hak bagi: a) Tanah Ulayat Nagari adalah Ketua KAN Bersama dengan
             Pemerintahan Nagari; b) Tanah Ulayat Suku adalah Penghulu Suku;
             dan c) Tanah Ulayat Kaum adalah Mamak Kepala Waris dan/atau
             Penghulu  Suku. Sedangkan  obyek  hak  tanah  Ulayat  dibuktikan
             berupa: a) bukti tertulis, keterangan saksi dan atau b) pernyataan yang
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37