Page 150 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 150

Epilog : Pemerintah Sebagai Pengurus Rakyat  131

               raksasa nasional maupun transnasional, dan pada
               gilirannya memberi jalan bagi akumulasi kekayaan elite
               oligarki yang mendominasi ekonomi politik Indonesia.
               Menurut penelitian dari Robison and Hadiz (2004),
               Hadiz dan Robison (2005) dan Hadiz (2001, 2004a,
               2004b, 2006) dan Winter (2011:139-192) kebanyakan
               oligark Indonesia ini berhasil melewati badai krisis
               finansial dan perubahan politik di masa transisi demokrasi
               (1998-1999), bahkan kemudian dapat bekerja lebih baik
               lagi dalam tatanan politik yang demokratis. Mereka telah
               berhasil membentuk kembali diri mereka menjadi aktor-
               aktor demokratik melalui partai-partai politik dan
               parlemen yang mereka mainkan. Dengan demikian
               lembaga-lembaga demokrasi itu telah dipakai dan
               dibajak oleh oligarki lama yang merupakan eksponen
               utama dari rejim yang terdahulu.
                    Ketika kebijakan desentralisasi diterapkan mulai
               tahun 2001, para oligarki pun berhasil menyesuaikan
               diri dan memanfaatkannya dengan mendesentralisasikan
               pula kekuatan oligarkinya dan membangun jaring-jaring
               baru dengan kekuatan lokal, termasuk pula dengan para
               “bandit-bandit dan preman politik dalam kepemimpinan
               partai-partai, parlemen-parlemen dan lembaga-lembaga
               eksekutif yang kesemuanya mengendalikan agenda
               desentralisasi”.  Dengan kebijakan desentralisasi, yang
                             101
               berlangsung semenjak tahun 2000, kewenangan
               pemerintah kabupaten/kota untuk memberikan konsesi-
               konsesi berupa ijin lokasi, pengusahaan hutan skala kecil,
               konsesi eksplotasi tambang batu bara, dan lainnya, telah
               membuat para pemburu rente berlipat ganda begitu
               cepat, membanyak, dan meluas di badan-badan
               pemerintahan daerah.


                101  Hadiz mengistilahkannya sebagai “newly decentralized, preda-
               tory networks of patronage” (Hadiz 2004a:699).
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155