Page 145 - Land Reform dari Masa ke Masa
P. 145

126   Land Reform Dari Masa Ke Masa

            mengatasi persoalan dengan menyediakan kondisi yang
            memadai agar korban dapat menjadi agen perubahan,
            pelaku utama dari perubahan nasib mereka sendiri,
            sambil terus tetap menyadari kompleksitas dari rantai
            penyebab penderitaan mereka. Tauchid menunjukkan
            bahwa aspirasi kerakyatan dan kebangsaan dapat
            bertemu dalam upaya Negara Republik Indonesia
            memecahkan “masalah agraria” yang sesungguhnya
            merupakan “masalah penghidupan dan kemakmuran
            rakjat Indonesia”.


            Dari Birokrasi Negara Budiman ke Birokrasi
            Pemburu Rente
                 Politik agraria di masa awal kemerdekaan diisi oleh
            gelora kebangsaan yang revolusioner untuk
            mendayagunakan kekuasaan negara untuk mengubah
            politik agraria dan hubungan-hubungan sosial agraria
            warisan-warisan kolonialisme dan feodalisme. Hal ini
            memang merupakan zeitgeist, semangat zaman, pada
            waktu itu yang dihayati oleh elite terdidik zaman revolusi.
            Kesenjangan yang kontras antara kemiskinan dan
            kesengsaraan petani dengan kekayaan dan kejayaan elite
            kolonial merupakan sebagian kondisi yang ikut
            membentuk semangat revolusioner itu.  Kondisi
            kemiskinan agraria dan kesengsaraan petani yang
            disebabkan oleh cara pemerintahan kolonial membentuk
            dan menjalankan politik agraria, termasuk melalui
            sistem penguasaan tidak langsung (indirect rule) dengan
            menggunakan  elit  elit feudal, benar-benar telah
            mempengaruhi pemikiran para pemimpin pejuang
            kemerdekaan Indonesia.
                 Pada saat itu, ketetapan “untuk membentuk
            pemerintah negara Indonesia untuk melindungi segenap
            bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150