Page 97 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 97

bukan  berdiri  sendiri dan  konsisten digunakan  siapapun
                    penggunanya. Dengan demikian, jika pelaksanaan Penataan
                    Akses dalam rangka Reforma Agraria ini digilirkan kepada
                    direktorat lain  sangat mungkin namanya  akan berubah
                    sesuai  direktorat  pengampunya. PTM kemudian  turunkan
                    secara  teknis  menjadi Penanganan  Akses  Reforma  Agraria
                    (PARA). Ketika GTRA terbentuk melalui Perpres No 86 Tahun
                    2018 tentang Reforma Agraria—Petunjuk Teknis GTRA 2023
                    langsung  di bawah Direktoral Jenderal Penataan  Agraria,
                    formasi  pelaksana Penataan  Akses  di lingkungan kedua
                    Direktorat ini masih dipertahankan, sehingga terdapat dua
                    Penataan Akses, yaitu Penataan Akses GTRA dan Penataan
                    Akses PARA Direktorat,  keduanya berbeda lokasi;  target;
                    tahapan; model operasional dan postur anggaran, meskipun
                    dalam praktiknya sama-sama melibatkan Kementerian ATR/
                    BPN dan pemerintah daerah.
                    Berbeda dengan konsep Pemberdayaan dan Pemberdayaan
                    Masyarakat yang  berpusat  pada  subjek  (manusia) yang
                    dibangun dari asumsi bahwa manusia dapat melakukan apa
                    saja ketika berdaya, PTM berpusat pada objek (tanah dengan
                    status hak milik) yang dibangun atas asumsi produktivitas
                    ekonomi  akan  muncul  ketika  tanah diberdayakan.
                    Pertanyaannya,  dapatkah  suatu  hak  diberdayaan?  Tidak,
                    karena hak bukan subjek. Dapatkah, setelah “diberdayakan”,
                    sebidang  tanah  memberdayakan  dirinya sendiri? Tidak,
                    tanpa  aktivitas manusia,  produktivitas lahan  stagnan
                    sesuai kondisinya.  Artinya, manusia  adalah kunci  dari
                    pemberdayaan, sebab manusia mampu merekayasa keadaan,
                    mencipta benda, bahkan membuat sistem (ekonomi, politik,
                    sosial,  budaya, hukum),  dan  syarat  dari  kemampuan itu
                    adalah keberdayaannya.
                    Istilah  PHT  dan  PTM  tidak  menemukan  pijakan  konsep
                    secara  filosofis,  istilah  itupun  tidak dikenal dalam  studi
                    pemberdayaan  maupun peraturan perundang-undangan
                    yang berlaku di Indonesia.



            82    REFORMA AGRARIAN INKLUSIF:
                  Praktik Penataan Akses Rumah Gender dan Disabilitas
                  di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102