Page 57 - PELAYANAN TATA RUANG DAN PERTANAHAN DALAM MEMBANGKITKAN IKLEM PEREKONOMIAN
P. 57
akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara berlebihan
(Subekti, 2015).
Limbah kotoran ternak, bila tidak dimanfaatkan dapat
menimbulkan dampak bagi lingkungan seperti pencemaran (udara,
air, dan tanah), menjadi sumber penyakit, dapat memicu gas metana
dan juga gangguan estetika dan kenyamanan (Nenobesi dkk.,
2017). Kebutuhan pupuk organik akan meningkat seiring dengan
permintaan akan pupuk organik. Prawoto (2007) menyatakan bahwa
hal ini disebabkan karena produk organik lebih sehat, rasanya lebih
enak, dan baik bagi lingkungan/lahan. Limbah ternak sebagai hasil
akhir dari usaha peternakan memiliki potensi untuk dikelola menjadi
pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya
dukung lingkungan, meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan
pendapatan petani, dan mengurangi dampak pencemaran terhadap
lingkungan (Nugraha, 2013; Nenobesi dkk., 2017).
Salah satu upaya untuk mendukung pertanian berkelanjutan
adalah dengan sistem pertanian organik. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/Ot.140/5/2013 tentang
Sistem Pertanian Organik disebutkan bahwa sistem pertanian
organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem,
termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi
tanah, yang bertujuan untuk pengoptimalan pembangunan
pertanian berkelanjutan, melalui pertanian organik, dapat menekan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah kotoran ternak,
dengan melakukan pengolahan pupuk organik yang bersumber dari
kotoran ternak khususnya sapi potong (Nurwati dkk., 2017).
Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Tuban mencapai
349.089 ekor pada tahun 2020 (Badan Pusat Statistik, 2021). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Tuban menyumbang
38 Pelayanan Tata Ruang dan Pertanahan
Dalam Membangkitkan Iklim Perekonomian