Page 16 - Nanos Gigantum Humeris Insidentes: Sebelum Meneliti Susunlah Bibliografi Beranotasi dan Kajian Pustaka
P. 16
untuk disistematisasi, dianalisis, ditemukan kebaruan, serta
menampilkan karakter preskriptif, sahih adanya. Mencoba
menangkap insight isi buku ini menghindarkan fallacy seolah-
olah peneliti membuat kebaruan dapat dihindari. Dengan
kalimat yang mudah dipahami, tahapan-tahapan yang rinci
serta contoh-contoh yang gamblang, maka buku ini sangat
layak dipelajari dan amat berharga untuk dibaca.”
(Dr. Imam Kuswahyono, S.H., pembelajar ilmu hukum pada
Pusat Pengembangan Hukum Agraria (PPHA) dan Pusat Kajian
Socio-Legal (PP-SL) Fakultas Hukum UB, Malang).
“Sebagai pengajar dan peneliti dalam bidang hukum agraria
dan sumberdaya alam, saya menikmati sajian dari Noer
Fauzi Rachman dan Ahmad Nashih Luthfi dalam buku ini.
Dengan gaya bahasanya yang khas, penulis buku ini berhasil
menyampaikan pesan kepada saya untuk banyak membaca
dan mampu memetakan setiap sumber bacaan ke dalam road
map pengetahuan dalam bidang tertentu. Supaya penelitian
yang kita lakukan masuk ke dalam road map tersebut maka
sebelumnya kita harus menelusuri jalan pengetahuan tersebut
dengan mengumpulkan literatur terkait baik berupa buku
teks maupun hasil penelitian. Dengan demikian seorang
peneliti persis mengetahui posisinya (state of the art) dalam peta
pengetahuan tersebut sebelum dia beranjak ke tempat yang lain
untuk menemukan pengetahuan baru (novelty). Dalam skala
tertentu, tradisi ini sebetulnya sudah diterapkan pada beberapa
perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Gadjah
Mada dan Universitas Andalas, dengan mencantumkan
“Keaslian Penelitian” baik di dalam Tesis maupun Disertasi.
xv