Page 17 - Nanos Gigantum Humeris Insidentes: Sebelum Meneliti Susunlah Bibliografi Beranotasi dan Kajian Pustaka
P. 17
Selamat dan sukses buat penulis, saya rasa buku ini sangat
layak sebagai tambahan rujukan dalam penyusunan bahan ajar
matakuliah metodologi penelitian di perguruan tinggi.” (Prof.
Dr. Kurnia Warman, Guru Besar Hukum Agraria pada Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Padang).
“Bibliografi Beranotasi sepintas terlihat sebagai teknik studi
literatur yang sederhana. Lebih jauh dari itu, merupakan cara
paling efektif dalam merekam, menyeleksi dan mengevaluasi
literatur yang ekstensif dan komprehensif menjadi ringkasan
yang efisien. Bibliografi beranotasi juga bisa menjadi salah
satu jalan pembuka ‘dialog analitikal’ antara riset kita dengan
riset-riset pendahulu dan mengantarkan kita pada bangunan
keilmuan yang lebih luas sekaligus spesifik. Sebagai buku dalam
Bahasa Indonesia pertama yang mengulas teknik ini secara
mendalam, buku ini sangat penting untuk digunakan periset,
akademik, pustakawan, bahkan siapapun yang bermaksud
mengelola data yang ekstensif.” (Lilis Mulyani, Kandidat
PhD University of Melbourne Australia, Peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia).
“Kebaruan (novelty) mengenai sesuatu bidang studi atau pokok
bahasan hanya dapat diperoleh apabila kita mempelajari
pengetahuan-pengetahuan yang telah diendapkan oleh para
pendahulu. Dengan kata lain jangan berani mengklaim
kebaruan jika belum melakukan bibiliografi beranotasi dan
kajian pustaka.
Bagaimana cara melakukannya? Buku yang ditulis oleh Noer
Fauzi dan Ahmad Nashih Luthfi ini menyajikan langkah-
xvi