Page 52 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 52
“Sudah pareum obor sekarang, udah kehilangan jejak. Jadi
nggak ada tulisan lah, karena habis di bakar dulu. Jadi
secara lisanlah. Korban jiwa juga ada. Kata orang tua yang
tidak ikut ke DI/TII, imbahnya pasti kena di bakar. Jadi, DI/
TII itu dahulu Islam. Tahun 1956 Kampung Naga dibumi
hanguskan. Kalau bentuk sejarah pun habis dulu di bakar.
Mungkin, masyarakatnya boro-boro menyelamatkan benda.
Nyawa juga mungkin untungkan bisa selamat. DI/TII ingin
mendirikan negara islam di negara kita. Jelas kiblatnya warga
sini ke Republik, ke pemerintahan yang sah. Nah itu imbahnya
termasuk Kampung Naga. kampung yang ga ikut di sepinggiran
Kampung Naga itu, habis di bakar dulu Tahun 1956. Makanya
sekarang mah, kata orang sunda mah parimun obor. Kalau
kata orang kota mah kehilangan jejak. Ya, makanya sekarang,
apapun yang dikatakan nenek moyang dulu turun temurun
sampai sekarang”. (Wawancara tanggal 02 Maret 2024).
Seperti yang telah dipaparkan pada sejarah Kampung Naga, tidak
ada kejelasan atau kepastian dalam sejarah Kampung Naga. Hal ini
dikarenakan arsip-arsip atau dokumen-dokumen sejarah dari Kampung
Naga telah dibakar oleh salah satu organisasi yang tidak bertanggung
jawab. Sejak kejadian pembakaran kampung, sempat beberapa saat
Masyarakat Kampung Naga tidak menerima wisatawan atau orang yang
ingin berkunjung ke daerah mereka. Hal ini dapat dikaitkan dengan
teori integrasi sosial seperti yang dijelaskan oleh Paul B. Horton,
beliau memberikan sebuah pendefinisian, yaitu proses perkembangan
masyarakat dimana semua kelompok ras dan etnis dapat berperan
(Halimah et al., 2023). Oleh karena peristiwa pembakaran Arsip Kampung
Naga tersebut, masyarakat Kampung Naga bersatu atau berinteraksi
untuk mempertahankan dan menjaga wilayahnya agar kejadian serupa
tidak terulang lagi di wilayahnya.
Asal-usul nama Kampung Naga sendiri memiliki beberapa versi.
Pertama, diambil dari akses jalan menuju Kampung Naga yang di bentuk
tangga berkelok-kelok menyerupai naga. Kedua, pendapat dari nenek
moyang sebelum menemukan lokasi Kampung Naga, beliau menelusuri
sebuah sungai, dimana sungai tersebut tidak lurus melainkan berkelok-
BAB 03 33
Orang Naga dan Kampungnya