Page 55 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 55

tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar
            adat, tidak menghormati karuhun, dan akan menimbulkan malapetaka.
            Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada larangan-larangan oleh
            para leluhur juga masih  dipegang  kuat. Salah  satunya mereka masih
            mematuhi untuk tidak memasuki hutan larangan atau hutan keramat.
            Peneliti dalam wawancara dengan Iin (2024) menyebutkan bahwa adanya
            larangan untuk menginjak hutan keramat bukan karena hutan tersebut
            dihuni oleh makhluk halus atau berkaitan dengan hal ghaib. Akan tetapi,
            larangan tidak memasuki hutan keramat sebagai upaya untuk menjaga
            dan menghormati alam. Hal ini sejalan dengan pedoman masyarakat adat
            bahwa alam banyak manfaatnya untuk kehidupan masyarakat di Bumi.
            Demikian  juga  tempat-tempat seperti  Petilasan  Lumbung,  Petilasan
            Pangsolatan, dan Bhumi Ageung yang dipandang suci bagi masyarakat
            Kampung Naga  yang keberadaannya  tidak boleh  terekam  oleh  pihak
            luar ataupun wisatawan. Hal ini dikarenakan ketiga tempat itu disebut
            dengan “tempat keramat”. (Wawancara, 2024).

                Tradisi bertani masyarakat Kampung Naga  pada  umumnya  sama
            dengan masyarakat petani lainnya di Jawa Barat, bahkan sama di seluruh
            Indonesia.  Hal  yang  berbeda  berkaitan erat dengan adat  istiadat dan
            tradisi yang masih dipegang teguh dan kuat oleh masyarakat Kampung
            Naga.  Tradisi  ini  belum  tentu  dapat  dilakukan  oleh masyarakat lain
            sehingga padi yang ditanam dan dihasilkan oleh masyarakat Kampung
            Naga pun berbeda, baik dari segi bentuk, rasa, maupun kuantitas dan
            kualitasnya. Salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh Kampung Naga
            adalah memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.

                Petilasan  lumbung  yang  disebut dengan  leuit atau  lumbung  padi
            digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen berupa padi yang
            masih  menyatu dengan  batang dan daunnya atau  berbentuk gabah.
            Padi  tersebut  dikumpulkan  oleh Masyarakat  Adat Kampung Naga
            secara  sukarela  untuk  keperluan  umum  dan kas kampung.  Sebagai
            lumbung padi, leuit di Kampung Naga sering kali dipercayai memiliki
            kekuatan  magis atau spiritual yang dapat  melindungi  hasil pertanian,
            khususnya padi, dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil wawancara
            oleh Punduh salah satu pranata adat dan Iin, padi tersebut digunakan



            36    Dinamika Pendaftaran Tanah Adat
                  di Kampung Naga
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60