Page 67 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 67

tanpa harus diberi instruksi. Sebaliknya, orang tua mencontohkan cara
            bertani,  sehingga  anak-anak  dengan kesadaran  sendiri ikut belajar,
            bukan karena ego, tetapi karena niat dari hati.

                Salah  seorang  tokoh  adat mengatakan melalui “adat  tutur”  atau
            budaya  ucapan  secara lisan  yang nantinya  akan “dituturkeun” atau
            “mengikuti”, baik itu ucapan, sikap, kebiasaan, adat dan nilai norma yang
            berlaku di  masyarakat adat  yang diwariskan  turun  temurun.  Leluhur
            mereka telah menanamkan kebijaksanaan hidup dalam setiap kehangatan
            malam dan siang di rumah adat. Mata rantai yang menghubungkan kita
            dengan leluhur kita terdiri dari cerita yang diceritakan secara pribadi atau
            keluarga oleh orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua dengan penuh
            perhatian menyampaikan nilai-nilai kebersamaan, kerjasama, dan cinta
            lingkungan alam sekitar yang nantinya akan diikuti oleh anak cucunya.
            Dalam wawancara oleh Punduh dikatakan bahwa:

                  “Tradisi tutur dengan cara lisan bukan sekedar kata-kata tetapi
                  juga mantra-mantra yang meningkatkan semangat hidup dan
                  membentuk karakter mereka  untuk masa  depannya. Ketika
                  suara sejarah bergema, mereka merasakan kehadiran leluhur
                  kita  dan menerima hikmah  yang  telah membimbing  kita
                  menjalani perjalanan hidup. Sebagai penerus, sudah menjadi
                  tugas kita  untuk menjaga  dan meneruskan  dan mengikuti
                  tradisi  tutur  tersebut, agar  pesan  berupa  lisan dan  sikap
                  perilaku sehingga kearifan nenek moyang kita tetap hidup di
                  setiap detak hati kita, membentuk pandangan kita  terhadap
                  dunia dan  menjadi  pedoman  tindakan  kita di  masa depan
                  dalam mengolah lingkungan alam sekitarnya terutama dalam
                  sektor pertanian  dan perkebunan”.  (Wawancara  tanggal  16
                  November 2023).
                Adat tutur ini sebagai pewarisan nilai budaya karena budaya dan adat
            yang secara tertulis dalam sejarah sudah tidak ada dalam dokumentasi.
            Hal  ini dikarenakan  bukti  tertulis  yang  konon ditulis di  atas daun
            lontar  sudah  terbakar habis  oleh  gerombolan DI/TII Kartosuwiryo
            pada  tahun 1956 (Wawancara  dengan Punduh, 2023).  Kampung Naga
            kemudian dibangun kembali dengan tetap menerapkan ketentuan dan



            48    Dinamika Pendaftaran Tanah Adat
                  di Kampung Naga
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72