Page 737 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 737

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)


                               I.  Pendahuluan


            A. Pengantar

                Kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara yang
            susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya,
            bercorak agraris melahirkan konsekuensi bahwa kebijakan
            dalam pengelolaan sumber-sumber agraria (bumi, air dan
            ruang angkasa) harus dipastikan bisa berkontribusi nyata
            dalam proses mewujudkan “keadilan sosial bagi selu-
            ruh rakyat Indonesia” (amanat sila kelima Pancasila)
            atau “mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat”
            (amanat Pasal 33 ayat 3 UUD 1945). Keberlanjutan
            sistem kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan In-
            donesia, oleh karenanya, sangat ditentukan oleh sejauhmana
            amanat cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan keadilan
            sosial dan kemakmuran bangsa ini juga dapat diwujudkan
            secara nyata di bidang agraria.
                UUPA No. 5 Tahun 1960 telah menempatkan sendi-
            sendi kesatuan nasional dan keberlanjutan bangsa ini pada
            pondasi agraria, dengan menekankan kesatuan hubungan
            antara bangsa Indonesia dengan tanah-air tumpah
            darahnya. Dalam Pasal 1 ayat 1 UUPA disebutkan: “Selu-
            ruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh
            rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.”
            Selanjutnya Pasal 1 ayat 3 menyebutkan: “Hubungan antara
            bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa ... adalah
            hubungan yang bersifat abadi.” Dengan demikian,  hu-
            bungan manusia/masyarakat Indonesia dengan tanah
            bersifat abadi dan keterkaitan keduanya itulah yang

            690
   732   733   734   735   736   737   738   739   740   741   742