Page 905 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 905

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

            min dan Adaro di Kalimantan Selatan atau PT Bukit Asam
            di Sumatera Barat pun menggunakan sistem yang serupa
            untuk mempertinggi keuntungan. Lepaskan lahan pada para
            penambang rakyat dan menengah, beli batu bara dari
            mereka, dan jual kepada pembeli. Tidak ada risiko perbu-
            ruhan dan beban lingkungan. Yang ada hanya tambah ku-
            rang dari hasil pembelian dan penjualan.
                Kondisi kemiskinan yang meninggi di Indonesia,
            rendahnya harga tanaman pangan, akan mendorong rakyat
            untuk terjebak dalam tiga skenario; pertama menjual lahan
            yang diberikan oleh negara, atau kedua menanam tanaman
            komoditi yang dibutuhkan oleh pasar dunia (Eropa dan Asia
            Timur) dan terjebak dalam lilitan sirkuit produksi kapital.
                Skenario dua ini amat terlihat lewat program Depar-
            temen Kehutanan yang akan mendeklarasikan Hutan
            Tanaman Rakyat pada bulan Desember 2006 (lihat: Action
            Plan Penanganan HTR). Hutan Tanaman Rakyat akan men-
            dorong ditanaminya tanaman komoditi. Studi ketersediaan
            dan permintaan sudah didesain untuk memastikan tanaman
            apa yang cocok untuk HTR.
                Pada kondisi lain terutama di wilayah-wilayah yang
            memiliki ketegangan pemilikan antar etnik atau semi-feodal
            di luar Jawa, pembagian tanah yang serampangan akan
            memicu konflik antar warga yang bisa jadi setinggi eskalasi
            kekerasan di Poso dan Ambon. Kelompok yang menamakan
            dirinya masyarakat adat adalah kelompok yang paling rentan
            berhadapan dengan skenario ketiga ini.
                Keputusan membagi-bagi lahan dalam jumlah besar
            kepada rakyat miskin barangkali adalah setetes embun di
            tengah padang gurun yang dinanti-nanti oleh berjuta rakyat.

            858
   900   901   902   903   904   905   906   907   908   909   910