Page 98 - Jogja-ku(dune Ora) didol: Manunggaling Penguasa dan Pengusaha Dalam Kebijakan Pembangunan Hotel di Yogyakarta
P. 98

pembangunan hotel baru hal ini karena diwaktu yang akan datang
           akan dibangun bandara Internasional baru di Kulonprogo, sehingga
           semakin dimungkinkan semakin  mebludaknya wisatawan baik
           wisatawan domestik maupun mancanegara.

           D.  Sayidan Tak Kunjung ‘Padam’

               Tingginya laju pembangunan suatu perkotaan, akan diikuti
           dengan naiknya harga tanah di pasar tanah. Tanah-tanah perkotaan
           menjadi barang komoditas yang digunakan untuk kepentingan
           investasi bagi sebagian kecil orang yang bermodal dan tidak jarang
           penguasaan tanah di perkotaan ini dilakukan oleh para pemilik modal

           maupun oleh mafia tanah. Dampaknya yang terjadi kemudian adalah

           mafia tanah ini dapat dengan mudah mempermainkan harga tanah-
           tanah di perkotaan sehingga nilainya menjadi tinggi.
               Penulis mendapati sebuah kasus yang cukup menarik, di
           Kampung Sayidan, Kecamatan Gondomanan, Kota  Yogyakarta
           dimana kampung tersebut mempunyai kesadaran memiliki tempat
           atau  sense of belonging yang cukup tinggi untuk mempertahankan
           eksistensi dari Kampung Sayidan yang terdapat di sebelah barat Sungai
           Code. Di Kampung ini terdapat ancaman atas penguasaan tanah yang
                                                        55
           dilakukan oleh orang luar yang merasa “nge-hak-i”  tanah di salah satu
           persil di Kampung Sayidan. Awalnya orang tersebut mengaku bahwa
           dia lah yang mempunyai tanah tersebut, dan sudah mempunyai bukti
           fotokopi sertipikat atas bidang tanah tersebut. Namun ketika diminta
           untuk menunjukkan sertipikat aslinya ternyata oknum tersebut tidak
           dapat menunjukkannya.
               Setelah gagal untuk mendapatkan tanah dengan cara seperti
           itu, kemudian mereka mengubah sistem kerjanya, yakni dengan


           55  Nge-hak-i (bahasa Jawa) ar nya merasa yang memiliki.


                                    Berebut Ruang dan Tanah di Kota Istimewa  83
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103