Page 99 - Jogja-ku(dune Ora) didol: Manunggaling Penguasa dan Pengusaha Dalam Kebijakan Pembangunan Hotel di Yogyakarta
P. 99

cara membeli rumah per rumah yang kemudian akan digabungkan
          menjadi satu persil. Seperti yang diungkapkan oleh Pitra, yang
          menyebutkan bahwa:

             “...sampai ada Panitia  Tanah  mbak di Sayidan ini...mereka
             menyewa preman mbak...yang nge-hak-i itu...yo wong kampung...
             dadi kan orang-e pinter tho mafi a itu? njukuk orang berpengaruh
             di kampung.  Ngejok-ngejok-i (membujuk-bujuk) mbak....iki
             lemah si A  nyuruh jual...kene tak tuku wae...tapi bukan kasar
             mbak....intinya meratakan...kalo udah dibeli diratakan...udah...
             Targetnya 2/3...kalo 2/3 dikuasai udah enak  jarene...apalagi
             kunci yang depan-depan itu lho mbak...”
             Warga Kampung Sayidan menyebutnya sebagai “Mafi a Tanah”,
          atas aksi yang dilakukan oleh kelompok yang berusaha untuk
          mengambil alih bidang-bidang tanah di kampungnya.  Walaupun
          tindakan tersebut bisa saja dilakukan oleh orang yang murni berprofesi
          sebagai broker atau makelar tanah, namun disini penulis ingin
          menitikberatkan pada proses peralihan penguasaan tanah tersebut
          yang dilakukan dengan cara-cara yang manipulatif sehingga hal ini
          lebih condong pada indikasi adanya praktik-praktik mafi a tanah.






















        84   JOGJA-KU(DUNE ORA) DIDOL
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104