Page 4 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 4
Dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan darah, adapun dua bangkai ialah
bangkai ikan dan belalang, sedang mengenai darah ialah hati dan limpa. (HR.
Ahmad, Syafi’i, Ibnu Majah, Baihaqi, dan Daraquthni).
b. Anjing dan Babi serta hewan yang dilahirkan dari keduanya.
Adapun dalil najisnya anjing adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari Nabi saw.. bersabda:
تارم عبس هلسغيل ثم هقيْلف مكدحا ءناإ فى بلكلا غلو اذا
Jika seekor anjing menjilat bejana salah seorang diantara kalian, maka
bersihkanlah kemudian basuhlah sebanyak tiga kali....(al-hadis)
c. Potongan daging dari anggota badan binatang yang masih hidup
Mengambil sebagian daging dari anggota badan binatang yang masih hidup adalah
najis. Hal ini didasarkan kepada hadis dari Abu Waqid al-Laits yang mengatakan
bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:“Sesuatu yang dipotong dari seekor
binatang, sedang ia masih hidup maka potongan tersebut termasuk bangkai.”
d. Muntah, air kencing dan kotoran manusia.
Semua ulama sepakat bahwa muntah, air kencing dan kotoran manusia adalah
najis. Kecuali jika muntahnya itu sedikit, maka dimaafkan. Hal ini didasarkan kepada
sabda Rasulullah saw.:
أضوتيلو فرصنيلف سلق وا هتلاص فى مكدحا ءاق اذا
Apabila muntah salah seorang diantara kamu dalam keadaan salat, maka
hendaklah keluar dari salatnya dan berwudulah.
Selain muntah sebagai najis, air kencing dan kotoran pun dihukumi najis, karena
sesuatu yang keluar dari qubul maupun dubur dihukumi najis. Tetapi, diberi
keringanan bagi air kencing bayi laki-laki yang belum makan kecuali air susu ibunya.
e. Sesuatu yang keluar dari dubur atau kubul
Setiap sesuatu yang keluar dari dubur maupun kubul adalah najis, baik berupa
cairan maupun benda padat. Di antara sesuatu yang keluar dari kubul adalah wadi,
mazi, dan mani. Adapun wadi adalah air yang berwarna putih, kental, sedikit berlendir
yang keluar mengiringi keluarnya air kencing dikarenakan kelelahan. Sedang mazi
adalah air yang berwarna putih, bergetah yang keluar karena kuatnya dorongan
syahwat, akan tetapi keluarnya tidak disertai kenikmatan.
Keluarnya wadi dan mazi tidak diwajibkan mandi junub, tetapi cukup member-
sihkan kemaluannya dan berwudu, hal ini didasarkan kepada hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim:
Dari Ali bin Abi Thalib berkata, “Saya kerapkali mengeluarkan mazi, sedang
saya sendiri malu menanyakannya kepada Rasulullah saw., karena putrinya
menjadi isteriku, maka saya menyuruh Miqdad untuk menanyakannya. Miqdad
pun menanyakannya kepada beliau. Beliau menjawab, “Hendaklah ia basuh
kemaluannya, dan berwudulah.”
Adapun mani sebagian ulama berpendapat bahwa ia adalah suci, tetapi disunat-
kan mencucinya bila ia basah, dan mengoreknya bila kering. Aisah berkata, “Kukorek
mani itu dari kain Rasulullah saw. bila ia kering, dan kucuci bila ia basah.” (Riwayat
Daruquthni, Abu Uwanah dan al-Bazzar).
Dan dari Ibnu Abbas ra berkata:
3