Page 7 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 7
hendaklah kamu basuh kemaluanmu atau sekitarnya, kemudian berwudulah
yakni wudu untuk salat”.
b. Sesuatu yang tidak keluar dari dua jalan dubur dan qubul, yaitu meliputi: Hilang
akal, seperti gila, pingsan, tidak sadar disebabkan khamar, ganja, morfin, dan tidur.
Yang menjadi perselisihan ulama adalah tidur. Bagaimana tidur yang menyebabkan
batal wudu’. Rasulullah saw. bersabda:
دواد وبا هاور( هلصافم تخترسا عجطضا اذا هناف اعجطضم منا نم ىلع لاا بيج لا ءوضولا نا
( ىذمترلاو
Sesungguhnya wudu itu tidak wajib kecuali bagi orang yang tidur terlentang,
sebab apabilah tidur terlentang, akan terbuka jalan lubang kubul.” (HR. Abu
Daud dan Tumudzi).
Hadis di atas dipahami oleh para ulama mazhab dengan pendapat yang berbeda,
seperti ulama Hanabilah, tidur yang mebatalkan wudu adalah tidur dalam setiap
keadaan dengan waktu yang cukup lama. Ketika tidur sebentar dalam keadaan
terlentang tidak membatalkan wudu sehingga mudhtaji’an di sana adalah tidur yang
lama.
Ulama Syafi’iyah: tidur yang membatalkan wudu adalah sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasul yaitu tidur terlentang, tidur duduk tidak membatalkan,
sekalipun tidurnya lama.
Ulama Malikiyah: tidur yang membatalkan wudu adalah tidur yang pulas
sebentar atau lama dalam setiap keadaan, duduk, sujud, atau berbaring. Tidur dengan
terlentang dalam keadaan lama tetapi gelisah tidak pulas tidak membatalkan wudu
tetapi disunnatkan wudu’.
Ulama Hanafiyah: tidur yang membatalkan wudu adalah tidur dalam tiga
keadaan: tidur terlentang, tidur bersandar ke dinding, dan tidur duduk dengan kepala
di atas lutut. Selain dari tiga keadaan tidur ini tidak membatalkan wudu.
c. Menyentuh wanita dengan syahwat
Menurut Imam Syafi’i menyentuh wanita membatalkan wudu, baik yang
disentuhnya laki-laki maupun perempuan tua ataupun muda tanpa ada kenikmatan
syahwat, tetapi dengan syarat tidak ada penghalang. Imam Hambali berpendapat
bahwa wudu menjadi batal apabila menyentuh wanita dengan syahwat tanpa
penghalang meskipun yang disentuhnya mahram, dalam keadaan hidup atau mati, tua
atau muda, kecil atau besar. Imam Malikiyah berpendapat bahwa wudu batal dengan
syarat: bagi yang menyentuh sudah balig dan bermaksud untuk mendapat kenikmatan
sekalipun tidak memperoleh kenikmatan. Syarat bagi yang disentuh jika dia telanjang
atau tertutup dengan kain tipis. Jika kain tebal tidak batal. Imam Hanafiyah
memandang tidak batal karena menyentuh sekalipun telanjang. Suami dan isteri yang
tidur dengan telanjang tidak batal wudunya. Kecuali dalam dua keadaan: keluar
sesuatu dan bersentuhan dua parji.
d. Menyentuh kemaluan dengan tanpa penghalang
6