Page 10 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 10
rukun wudu ada enam, yaitu: niat, membasuh wajah, membasuh kedua tangan sampai
siku, menyapu sebagian kepala, membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan tertib.
Dari urain di atas, yang memasukkan niat sebagai rukun adalah Malikiyah dan
Syafi’iyah. Hal ini bukan berarti Hanafiyah dan Hanabilah tidak penting dengan niat.
Mereka berpendapat selain rukun (fardu), ada lagi sesuatu yang harus dipenuhi dalam
wudu. Mereka menyebutnya dengan syarat sehingga memasukkan niat ke dalam
syarat-syarat wudu. Sedangkan Syafi’iyah dan Malikiyah berpendapat bahwa rukun
dengan syarat tidak ada perbedaan. Keduanya sama-sama harus dipenuhi. Niat menjadi
sesuatu yang harus dipenuhi dalam segala aktivitas ibadah, termasuk wudu. Hal ini
didasarkan kepada sabda Rasulullah saw.:
. ىو ن ام ئرما لكل انماو تاينلبَ لامعلأا انما :لاق ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر نا
(ةعاملجا هاور)
Bahwa Rasulullah saw. bersabda, semua perbuatan itu adalah tergantung kepada
niat dan setiap manusia akan mendapat sekedar apa yang diniatkannya. (HR.
Jama’ah).
Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa wajib menyapu seluruh kepala,
sedangkan Syafi’iyah dan Hanafiyah cukup menyapu sebagian kepala. Perbedaan
mereka tersebut memiliki alasan yang rasional. Menurut Imam yang berpendapat
bahwa menyapu kepala keseluruhan adalah dari hadis Abdullah bin Zaid:
ثم هافق لَا امبه بهذ ثم هسأر مدقبم أدب ،ربدأو امبه لبقأف هيديب هسأر حسم ملسو هيلع الله ىلص بينلا ن ا
ه
هنم أدب ىذلا ناكلما لَا ) ةعاملجا هاور ( اهمدر
ه
Bahwa Nabi saw. menyapu kepalanya dengan kedua tangannya, maka ditariknya
dari muka ke belakang, dimulainya dari bagian depan kepalanya lalu ditariknya
kedua tangannya itu kea rah pundak, kemudian dibawanya kembali ke tempat ia
bermula tadi. (HR. Jama’ah).
Sedangkan alasan Syafi’iyah dan Malikiyah adalah meninjau bentuk lafaz
masaha yang merupakan bentuk muta’addi. Misalnya lafaz masaha zaedun ra’sahu
(Zaid telah menyapu kepalanya). Lafaz masaha tidak memerlukan huruf jar seperti ba
sebagaimana firman Allah swt.:
مكسؤرب اوحسماو
Sehingga mengusap pada ayat di atas berkonotasi sebagian kepala.
Dalam hadis-hadis Rasulullah saw. yang menceritakan kaifiyat wudu ada
beberapa lafaz yang menggunakan masaha ra’sahu dan masaha bi ra’sihi. Walaupun
demikian, Syafi’iyah menghukumi Sunah menyapu keseluruhan kepala dan tetap
menganggap sah mengusap sebagian kepala atau sepertiga atau seperempat dari
kepala.
Muwalat adalah turut-temurut dalam membasuh seluruh anggota wudu. Setelah
membasuh wajah tidak dibolehkan berhenti untuk melakukan aktivitas lain yang
kemudian membasuh kedua tangannya. Inilah yang bukan termasuk muwalat. Oleh
karena itu, muwalat dimasukkan ke dalam rukun wudu oleh Imam Malikiyah dan
Imam Hanabilah, sedangkan imam mazhab lainnya menghukumi sunah. Sunah
9