Page 5 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 5
كيفكي انماو ، قاصبلاو طاخلما ةلزنبم وه انما : لاقف بوثلا بيصي نيلما نع ملسو هيلع الله ىلص بينلا لئس
( ىواحطلاو ىقهيبلاو نطقرادلا هاور) ةرذبإ وا ةقربخ هحستم
Nabi saw. pernah ditanya mengenai mani yang mengenai kain. Maka jawabnya,
“Ia hanyalah seperti ingus dan dahak, maka cukuplah bagimu menghapusnya
dengan secarik kain atau dengan daun-daunan.” (Riwayat Daruquthni, Baihaqi,
dan Thawawi).
Meskipun mani dihukumi suci, namun mani menyebabkan seseorang diwajibkan
untuk mandi junub. Mandi junub itu sendiri merupakan cara membersihkan hadas
besar.
f. Khamar
Khamar merupakan salah satu yang diharamkan oleh Allah swt. berdasarkan
firman-Nya:
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
َِّ
َّ
مُ كَّ لعَ ل هوبنتجاف ناَ طيَّشلا ِ لمع نم سجر ملازَلأاو باصنَلأاو رسيمْلاو رمْ لْا انمإ اونمآ نيذلا اهُْ يَأ يَ
َ
َ
َ َ ْ ه ٌ ْ ُ ْ
ْ
َ ُ َ
ْ َ ُ ُ َْ
َ َ
َُْ َ ْ َُ َ
َ ُ َْ َ
ِ
- ٩٠ - نوحلف ت
ُْ
َ
ُ
Hai orang-orang beriman, sesungguhny khamar, judi, berhala, dan mengundi
nasib itu adalah najis, termasuk pekerjaan syaithan.” (QS al-Maidah/5: 90)
2. Kaifiah Bersuci dari Najis
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghilangkan khubuts atau najis.
a. Dengan menggunakan air
Ketika terdapat benda najis, maka cukup dibersihkan dengan air. Namun, cara
membersihkan najis dengan air ini tergantung kepada kategori najisnya. Najis
dikategorikan kepada najis ringan (mukhaffafah), sedang (mutawassithah), dan berat
(mughallazah). Adapun kaifiah membersihkan kategori najis ringan (mukhaffafah)
adalah cukup dengan memercikkan air. Kategori najis ini ada pada najis air kencing
bayi laki-laki yang belum mengonsumsi makanan apapun selain air susu ibunya (asi).
Kemudian kaifiah membersihkan najis kategori najis sedang (mutawassithah) adalah
dengan membersihkan benda yang terkena najis tersebut sehingga hilang rasa, warna,
dan baunya. Sedangkan najis mughallazah (berat) maka wajib dibersihkan dengan
tujuh kali dan salah satunya dengan debu. Kategori najis mughallazah adalah najis
jilatan anjing.
b. berubahnya benda najis menjadi sesuatu yang baik, seperti perubahan khamar
menjadi cuka dan darah ghazal (kijang) menjadi minyak misik (parfum) dengan
sendirinya tanpa dicampur dengan benda apapun.
c. Membakar benda najis dengan api.
Pendapat ini dipegang teguh oleh ulama Hanafinyah. Menurut ulama Syafi’iyah
dan Hanabilah bahwa membakar benda najis dengan api tidak dapat mensucikan benda
tersebut. Mereka beralasan bahwa debu dan asapnya itu adalah najis. Begitu juga
ulama Malikiyah yang berpendapat bahwa api tidak dapat mensucikan benda najis.
d. Menyamak kulit hewan yang najis.
4