Page 22 - MODUL JUAL BELI
P. 22
transaksi, dan memungkinkan di perjalanan waktu, ada perubahan harga, maka akad
tersebut tidak diperbolehkan. Karena barang berpotensi naik dan turun di masa depan.
Artinya, harga harus ditetapkan dan ditentukan sejak awal, dan tidak ada lagi perubah-
an waktu pelunasan harga.
Berikut ini kami sajikan beberapa contoh bai` bi al-tsaman ajil:
a. Transaksi jual beli antara harga tunai dan kredit berbeda yang mana harga kredit
lebih tinggi daripada harga tunai. Misalnya, orang menjual HP dengan harga tunai
1,5 juta, maka harga kredit menjadi 2 juta;
b. Transaksi jual beli yang tidak ada kejelasan apakah tunai atau kredit. Misalnya,
harga barang 1 juta tunai dan 2 juta kredit. Kedua belah pihak tidak menentukan
mana yang akan diambil; tunai atau kredit. Hal ini tidak diperbolehkan atau dilarang
oleh agama;
c. Membeli harga barang dengan tangguhan, tetapi dengan persyaratan akan dijual
kembali kepada pihak produsen dengan harga yang lebih rendah. Hal ini diharam-
kan di dalam Islam karena mengandung riba.
d. Transaksi jual beli dengan syarat penjualan lagi. Misalnya, Roni membeli rumah
seharga 2 milyar dari Budi dengan syarat Budi membeli tanah Roni dengan harga
2 milyar. Transaksi ini dilarang, karena masuk bai’u wa syart;
e. Transaksi dengan syarat mengambil manfaat. Misalnya, Edi menjual rumahnya
kepada Deni tetapi dengan syarat Edi akan menempatinya terlebih dahulu selama 1
tahun. Transaksi ini memilik perbedaan pendapat di kalangan ulama. Mazhab
Malikiyah dan Hanabilah membolehkan, tetapi mazhab Syafiiyah melarang
transaksi seperti ini.
2. Kebutuhan Transaksi Bai’ bi Tsaman ‘Ajil
Jenis transaksi ini dalam Islam memiliki keuntungan, keringanan, dan kemu-
dahan. Hal ini dikarenakan, tidak semua orang dapat membeli keinginannya secara
kontan dan tunai. Kadang, orang tidak dapat memiliki kebutuhan hidupnya hanya
dengan sekali bayar. Seorang karyawan akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya
untuk membeli rumah, tanah atau mobil mengingat gaji bulanannya yang tidak
mencukup.
Orang yang memiliki penghasilan pas-pasan, boleh saja menabung uangnya
untuk dibelikan ketika uangnya cukup. Akan tetapi, di tengah kehidupan yang serba
cepat dan harga yang cenderung terus naik/meningkat, orang cenderung berusaha
memenuhi kebutuhannya sesegera mungkin. Jika pun harus menabung, membutuhkan
waktu lama untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Selain itu, para penjual,
biasanya berusaha untuk membuat barangnya segera laku. Karena, jika barang tidak
laku, maka kerugian akan ditanggung penjual. Solusinya, penjual akan melakukan
transaksi dengan cara menjual barang secepat mungkin, walau pun pembayarannya
ditangguhkan terlebih dahulu.
Di sini, antara pembeli dan penjual sama-sama memiliki kepentingan. Pembeli
butuh barang, dan penjual butuh barangnya segera laku. Maka, jalan keluarnya dengan
melakukan transaksi bai` bi al-tsaman ‘ajil.
12