Page 5 - Proposal Riset Desain Strategi Pertahanan Aktif untuk Pencegahan Peredaran Gelap Narkoba
P. 5

Dengan kata lain, bukannya memukul balik dan melemahkan jaringan pengedar narkotika, strategi ofensif
               ironisnya justru berdampak pada yang kebalikannya; bukannya membuat manuver BNN menjadi lebih

               sistematis dan lebih proaktif, “perang melawan narkoba” justru menyudutkan BNN pada posisi
               reaksioner dan sporadis. Harapannya, dengan strategi yang dalam bahasa Indonesianya diterjemahkan
                                                       6
               oleh naskah tersebut sebagai “defensif aktif,”  atau “bertahan secara aktif,” BNN dapat fokus memperkuat
               kapabilitasnya untuk mengantisipasi ancaman dan menyasar akar permasalahan dalam upaya P4GN-nya.

                     Sekalipun dengan dokumen naskah akademik yang ekstensif, strategi Active Defense dipandang
               masih perlu kajian lebih lanjut untuk mengelaborasi operasionalisasinya ke langkah-langkah strategis dan
               taktis. Kajian yang diselenggarakan Puslitdatin BNN dan bekerjasama dengan Universitas Bhayangkara

               Jakarta Raya (UBJ) ini merupakan realisasi upaya  elaborasi lebih lanjut mengenai  Active Defense.
               Pandangan di atas sebenarnya cukup valid, pasalnya kajian dalam naskah akademik renstra tersebut lebih
               bersifat  kelembagaan  secara global, ketimbang fokus pada peredaran gelap narkoba  (illegal drugs

               trafficking and drug abuses, IDT-DA) secara khusus sebagai sebuah ancaman, yaitu sebagai suatu problem
               keamanan—dan bukan problem kelembagaan. Pemakluman lainnya datang dari metode yang digunakan
                                                                                                      7
               dalam mendekati isu IDT-DA sebagai suatu ancaman, yaitu apa yang disebutnya mixed scanning.  Mixed
               scanning merupakan pendekatan pengambilan keputusan yang berasal dari bidang studi Administrasi
               Publik  dengan mempertimbangkan evaluasi holistik akan lingkungan yang menyituasikan suatu
               organisasi.
                         8
                     Keterbatasan pendekatan  mixed scanning  adalah ia tidak memiliki  kerangka memadai dalam

               menaksir (assessing), apalagi menganalisis, sebuah ancaman. (Karena memang peruntukkan teoritisnya
               bukan untuk itu; ia lebih untuk kebijakan organisasi pada umumnya, ketimbang organisasi di sektor
               keamanan). Alhasil, tidak sulit untuk segera menerka bagaimana “analisis” ancaman naskah ini amat

                                                                                                            9
               sangat bergantung pada Buku Putih Pertahanan, ketimbang menyajikan analisisnya sendiri.
               Diagnosisnya akan isu keamanan dan pertahanan pun cenderung normatif dan umum. Soal ini tentunya
               akan berbeda hasilnya apabila evaluasi lingkungan tersebut dilakukan dengan metode hampir serupa yang

               dilakukan oleh bidang  studi yang  memang  secara  khusus didedikasikan untuk mengkaji rupa-rupa
               ancaman, yaitu studi pertahanan/strategis  (defense/strategic studies)  dan studi keamanan  (security







                     6  Sebuah penerjemahan yang cukup bermasalah, sebagaimana yang akan dibahas di bagian berikutnya.
                     7  Lihat BNN-RCCP FIA UB, “Naskah Akademik Penyusunan Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional 2020-2024,” 4.
                     8  Lihat Amitai  Etzioni, “Mixed-Scanning: A ‘Third’ Approach  to Decision-Making,”  Public Administration Review  27, no. 5
               (Desember 1967): 385.
                     9  BNN-RCCP FIA UB, “Naskah Akademik Penyusunan Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional 2020-2024,” 6–9.
                                                          5 | Proposal Riset Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) |
                                               Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) dan Badan Narkotika Nasional (BNN)
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10