Page 25 - E-MODUL MANAJEMEN INVESTASI DAN PASAR MODAL.
P. 25
yang disetor, itulah yang disebut dengan resiko. Resiko dalam reksadana
dibagi lagi menjadi beberapa yakni:
1. Resiko Wanprestasi ( Default Risk)
Resiko ini adalah penurunan harga reksadana yang sisebabkan gagal bayarnya
obligasi perusahaan yang menjadi tujuan investasi reksadana. Resiko ini
umumnya terdapat pada reksadana campuran, pendapatan tetap, pasar uang dan
terproteksi yang memiliki porsi besar pada investasi obligasi. Jika resiko ini
terjadi, akan menyebabkan haga reksadana turun secara signifikan dan tidak
naik lagi yang berbeda dengan resiko pasar yang bentuknya merupakan
fluktuasi harga karena reksadana bisa saja kembali naik apabila data-data lapoa
keuangan dan makro ekonomi membaik. Untuk meminimalkan resiko ini, MI
akan menyeleksi obligasi dengan peringkat utang yang baik, minimal
investment Grade (AAA, AA, A, dan BBB). Selain itu pemerintah juga telah
mengatur bahwwa pengelolaan reksdana membetasi makasimum penetapan
pada satu perusahaan adalah 10 % , kecuali yang diterbitkan pemerintah
Indonesia
2. Resiko Likuiditas ( Liquidity Risk)
Resiko likuiditas adalah resiko terlambat atau tidak diterimanya dana hasil
pencairan unit penyertaan dalam ketentuan waktu yang disyaratkan, yaitu T+ 7
hari setelah perinta pencairan dilakukan. Resiko ini terjadi karena apabila MI
mentapkan dananya pada saham dan obligasi yang tidak likuid ( jarang
diperdagangkan) atau bisa juga karena banyak investor melakukan pencairan
dalam jumlah besar secara bersamaan. Untuk meminimumkan resiko ini, MI
umumnya akan menyiapkan sejumlah kas dan instrument pasar uang dalam
pengeloalaannya, yaitu sesuai ketentuan 20% dari dana kelolanya. Dalam
peraturan OJK, manajer investasi berhak memindahkan perintah pencairan
Manajemen investasi dan pasar modal | Materi Reksadana Dan Investasi Lainnya 19