Page 269 - Ayah - Andrea Hirata
P. 269

256 ~ Andrea Hirata


          ujung sana. Cahaya kuning yang terang sambut-menyambut

          menerangi jalan. Sesekali melintas orang-orang mendorong
          gerobak sambil memukuli kuali. Dari jauh terdengar bunyi
          kereta terakhir melintas, sesudah itu senyap. Makin senyap

          Jon memainkan lagu yang pelan dengan gitarnya. Lena rindu
          pada Belitong, keluarga, dan kawan-kawannya. Diambilnya
          kertas dan pulpen, ditulisnya surat.


          Ke hadapan kawanku, Zuraida, di Belantik,



          Halo Boi, apa kabarmu?
              Semoga kau dalam keadaan baik dan sehat. Maafkan sudah lama

          aku tidak memberimu kabar. Bukannya aku telah melupakanmu, melain-
          kan di Medan banyak hal yang terjadi sehingga aku menunggu saat yang
          tepat untuk menulis surat.
              Aku menulis surat ini dalam keadaan sedih sekaligus gembira. Se-
          dih kalau teringat masa lalu, gembira karena keadaanku sekarang. Hidup

          selalu menghadapkan kita pada pertukaran, pertukaran antara apa yang
          kita dapatkan dan apa yang kita korbankan, pertukaran antara prinsip
          yang kita pegang dan nama baik yang kita pertaruhkan. Adakalanya

          pertukaran itu sulit, yaitu antara apa yang kita anggap benar dan orang
          lain menganggap apa yang kita anggap benar itu salah (kurasa itulah
          yang telah terjadi antara aku dan ayahku). Dalam pertukaran itu setiap
          hari kita membuat pilihan dan keputusan, dan masing-masing punya
          risikonya sendiri-sendiri.
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274