Page 264 - Ayah - Andrea Hirata
P. 264

Ayah ~ 251


                 Redaktur bertanya, “Pekerjaan Abang sebenarnya apa,

            sih?”
                 “Tukang gulung dinamo, Pak.”
                 Redaktur segera menyuruh Ukun tutup mulut.

                 Propaganda Tamat lebih  kurang sama. Pada bagian
            pekerjaan dia agak sungkan menyebut profesinya sebagai tu-
            kang kipas satai di restoran kambing muda Afrika. Digantinya
            secara diplomatis: aktif  di bisnis kuliner, dan selain meminati
            pegawai negeri, dia menambah sedikit, kalau bisa guru.

                 Perempuan para pegawai warung kopi yang merubung
            koran Minggu mencibir iklan Ukun dan Tamat, banyak tingkah!
            kata mereka.

                 Redaktur sependapat.
                 “Tentu saja tak ada respons, Boi, karena syarat kalian
            berat sekali. Mana ada pegawai negeri mencari jodoh lewat
            kolom jodoh.”
                 Ukun dan Tamat sepakat mengurangi syarat, menjadi

            cukup belum pernah menikah, berpenampilan menarik, dan usia sela-
            ras. Respons tetap nihil. Syarat dikurangi lagi menjadi: siapa
            saja, asalkan perempuan yang serius mau menikah. Tetap tak ada res-

            pons, mungkin karena para pegawai warung kopi itu saling
            mengingatkan agar jangan pernah berhubungan dengan pria
            yang putus asa.
                 Sebaliknya, Ukun dan Tamat kerap menanggapi wanita
            yang memasang profilnya di kolom jodoh itu. Namun, usai
   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269