Page 261 - Ayah - Andrea Hirata
P. 261

248 ~ Andrea Hirata


          tingkatkan bla ... bla ... bla—bahwa di panggung itu akan segera

          tampil sebuah band legendaris dari Medan. Lena dan Zorro
          melangkah ke arah panggung itu, satu langkah nasib.
              Akhirnya, muncullah  band dari  Medan itu. Rata-rata
          pemain  musiknya berambut panjang. Intro berkumandang,
          seorang lelaki mendekati mik dan mulai bernyanyi.

              Setelah itu, tak ada, tak ada yang bisa disalahkan sela-
          in lagu “Besame Mucho”. Mulanya Lena merasa biasa saja.
          Seperti anak Melayu yang umumnya tumbuh dalam budaya
          radio, dia tahu banyak tentang lagu dan tahu penyanyi yang
          masuk akal bertingkah laku di depan mik. Dia dapat membe-
          dakan antara bernyanyi dan ngomel-ngomel, khotbah, atau
          melolong sekehendak hati diiringi bunyi-bunyian. Singkat ce-
          rita, tak mudah membuatnya terkesan melalui musik, tetapi

          lelaki di atas panggung itu dalam waktu singkat langsung me-
          nyita perhatiannya.
              Alunan suaranya, denting gitarnya, sinar matahari sore
          yang menyinarinya dari samping, dan angin lembut dari arah
          Sungai Bantai yang mengibarkan rambutnya, membuat hati

          Lena tak keruan.
              “Besame Mucho” berakhir, langsung disambut entakan
          drum yang khas, Marlena langsung tahu intro itu.
              “Ruby! Ruby!” pekiknya dalam hati.
              Penyanyi itu tersenyum dan bernyanyi lagi.
              Lena hafal lagu country lama yang lincah itu. Dia ikut
          bernyanyi. Penyanyi pun senang melihat salah  seorang  pe-
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266