Page 258 - Ayah - Andrea Hirata
P. 258
Ayah ~ 245
sering bepergian dengan Zorro. Mereka pergi ke mana pun
mereka suka, dan katanya, Zorro menuruni sifatnya, senang
berkelana. Zuraida membalas.
Berkirim suratlah terus, Boi, aku suka membaca kisah-kisahmu.
Dari segenap perjalananmu itu, apakah kau terpikir untuk pergi ke Ban-
da Aceh? Kalau iya, aduh, beruntungnya kau dapat melihat kota yang
hebat itu. Kota tua bersejarah, dan Masjid Baiturach man. Aku hanya
bisa melihat masjid megah itu dari almanak 78, tak pernah kuganti
bagian itu. Lena. Kalau kau sempat ke sana, berfotolah di muka masjid
itu, kirimkan kepadaku fotonya.
Lena tak pernah tahu betapa surat-suratnya telah memenga-
ruhi Zuraida, perempuan penyendiri pembuat kue satu itu.
Seperti Izmi yang diam-diam terinspirasi oleh Sabari, diam-
diam Zurai merasa dikuatkan oleh surat-surat Lena. Dia ka-
gum akan pendirian Lena, betapa sahabatnya itu telah ber-
kelana dan tak pernah ragu untuk menjadi dirinya sendiri,
seseorang yang berani berdiri tegak untuk mengatakan apa
yang diinginkan dan tak diinginkannya, seseorang yang da-
pat memerdekakan diri dari kebergantungan atas apa pun,
termasuk atas rasa malu yang tak beralasan. Seseorang selalu
tersenyum meski kesulitan mengimpit dan melangkah lagi un-
tuk melihat kemungkinan baru.

