Page 33 - Ayah - Andrea Hirata
P. 33
20 ~ Andrea Hirata
sik rock, memperlakukan gitar seperti dayung, drum seperti
kasur yang boleh digebuk sekuat tulang, dan organ seperti
adonan kue satu. Senar bas sampai putus, bayangkan itu! Se-
nar bas sampai putus! Barangkali itu untuk kali pertama terja-
di dalam sejarah musik internasional. Usaha rental alat musik
yang berakhir tragis itu memengaruhi kepercayaan Marko-
ni terhadap musisi dan punya perasaan tersendiri terhadap
orang-orang Belantik.
Terlilit utang pada rentenir dan harus berurusan dengan
orang-orang yang kasar, Markoni mati kutu dan mulailah
kata-kata ayahnya dulu menjelma menjadi hantu.
Hatinya sakit melihat kawan-kawannya yang dulu me-
nyelesaikan sekolah di Tasikmalaya telah menjadi perwira ka-
pal. Muhtadin yang waktu STM tak bisa menjawab soal ujian
jika tidak diberinya sontekan, kini sudah menjadi Kepala Di-
nas Pendidikan. Tersayat hati Markoni. Kata orang, Markoni
selalu sial lantaran kualat sama ayahnya. Hukum karma pasti
berlaku. Di pusara ayahnya, Markoni minta maaf.
Satu-satunya harapan tinggal Abu Dhabi. Dulu kawan-
nya penah menawarinya bekerja sebagai sopir truk di negeri
yang konon kalau musim panas orang bisa menggoreng telur
di jalan aspal. Markoni tak tahan panas karena hidupnya, ha-
tinya, telinganya, kepalanya sudah cukup panas. Suhu panas
membuatnya gelisah. Namun, dia sudah terpojok, tak punya
pilihan lain.
Tercenung Markoni di warung kopi. Matanya kuyu me-
natap anak-anak yang berduyun-duyun pulang dari sekolah.

