Page 34 - Ayah - Andrea Hirata
P. 34

Ayah ~ 21


            Pedih dia membayangkan dirinya dulu sebagai anak sekolah,

            selalu  khianat kepada  ayahnya. Wajah ayahnya  terbayang-
            bayang, seandainya dia bisa membalik waktu.
                 Akan tetapi, melihat anak-anak sekolah itu, tiba-tiba
            Markoni terpikir akan  sesuatu, sesuatu yang  hebat!  Lekas-
            lekas dia keluar dari warung kopi lalu berdiri di pinggir jalan

            raya untuk mengamati dari dekat rombongan anak-anak se-
            kolah itu. Satu teori pendidikan yang dahsyat terangkai dalam
            kepalanya. Markoni melonjak girang. Itulah momen eureka!
                 Teori pendidikan itu bermula dari asumsi bahwa sema-
            ngat orang untuk beranak tak pernah surut, akibatnya murid
            sekolah akan semakin banyak, otomatis guru akan semakin
            banyak. Dari kacamata bisnis, semua itu hanya berarti satu
            hal, yakni permintaan kertas, buku-buku, dan segala  hal

            berbentuk cetakan, kartu,  formulir, poster, selebaran  pasti
            meningkat. Dilihatnya anaknya sendiri, masih SD, tetapi pa-
            ling tidak punya empat puluh buku. Usaha percetakan akan
              booming.
                 Markoni melompat-lompat girang. Dia ingin terlibat

            dalam upaya pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa.
            Keesokannya dia langsung menjual alat-alat musik yang telah
            diperlakukan dengan semena-mena oleh para musisi Belantik
            itu. Hasil penjualan itu langsung dipakainya untuk memulai
            usaha baru: percetakan batako.
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39