Page 340 - Ayah - Andrea Hirata
P. 340
Ayah ~ 327
“Tentu, misalnya direktur, asisten apoteker, kepala bagi-
an ini dan itu, profesi, apa saja.”
“Atas perkenan Abang, tugas sehari-hari saya adalah
menggulung dinamo, adapun daripada mitra di sebelah saya
ini, adalah tukang kipas satai di restoran satai kambing muda
Afrika,” Ukun menjelaskan.
Orang itu merenung.
“Kurasa tak perlulah itu ada di kartu nama, cukup nama
dan alamat saja. Silakan tulis nama dan alamat jelas.” Orang
itu menyerahkan kertas dan pulpen.
Ukun dan Tamat menyingkir ke meja sebelah sana. Gu-
gup mereka waktu bermusyawarah. Kertas dan pulpen dise-
rahkan kembali ke orang tadi. Orang itu membacanya dan
tersenyum. Dia pergi.
Tak lama kemudian dia kembali membawa dua kotak
berisi kartu nama. Ukun dan Tamat menerimanya dengan
takzim dan mengucapkan ribuan terima kasih. Itulah akhir
pencarian Ukun dan Tamat di Jambi.
Dalam perjalanan naik bus ke Padang, Ukun dan Tamat
terpesona mengamati kartu nama mereka. Tak pernah mere-
ka membayangkan dalam hidup mereka sebagai tukang gu-
lung dinamo dan tukang kipas satai suatu ketika akan punya
kartu nama. Mungkin dalam profesi itu hanya mereka di du-
nia yang punya kartu nama. Berulang-ulang Ukun membaca
kartu nama itu: Maulana Hasan Magribi (Ukun), kawan JonPijare-
li, gitaris top dari Medan.

