Page 336 - Ayah - Andrea Hirata
P. 336

Ayah ~ 323


                 Jambul Tamat ala James Dean yang masih tampak wak-

            tu di Medan, telah lenyap dari pandangan mata. Bau minyak
            sinyong-nyong berganti menjadi bau matahari, bau pakaian
            yang jarang diganti, dan bau orang miskin.
                 Kemeja lengan panjang mereka sudah luntur warnanya.
            Ikat pinggang besar bermanik-manik itu telah diganti menja-

            di tali rafia yang diikat kencang, simpul mati, karena celana
            cutbrai menjadi kebesaran sebab keduanya telah kurus ku-
            rang makan.
                 Sisir telah rontok gigi-giginya, saputangan telah berubah
            menjadi lap montir motor untuk mengelap busi. Sepatu jenggel
            ala biduan orkes Melayu yang mengilap dan mendebarkan
            itu telah berubah menjadi sandal jepit Daimatu. Yang masih
            tampak gagah hanya koper aluminium yang kuncinya juga

            sudah minggat sehingga koper itu harus diikat tali rami.
                 Meski kusut masai, berantakan, kurang makan, dan bau
            tengik, Ukun tak pernah kehilangan keanggunannya dalam
            berbahasa. Ditunjukkannya foto kepada sopir bus malam,
            sambil membuka Kamus Umum Bahasa Indonesia yang tebal itu.

                 “Dalam pada melintasi kota demi kota, adakah kiranya
            Kakanda Sopir pernah melihat perempuan manis berlesung
            pipit dalam foto ini?”
                 Kepada Pak Pos Kantor Pos Muaro Bungo, Ukun ber-
            tanya, “Dalam pada mengemban tugas mengantarkan ama-
            nah,  adakah Kakanda pernah  melihat orang-orang dalam
            foto ini?”
   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341