Page 337 - Ayah - Andrea Hirata
P. 337

324 ~ Andrea Hirata


              Pak Pos menatap  Ukun. “Tiadalah  saya pernah meli-

          hatnya. Namun, seumpama saya melihatnya, tentulah tersirat
          dalam hati saya untuk menyampaikan pada pihak-pihak yang
          ada di dalam foto itu, bahwasanya dua orang pemuda dari
          negeri seberang samudra nan bergelora sedang mencari me-
          reka, oh, dada saya berdebar-debar dibuatnya.”

              “Tak terperikan rasa terima kasihku, Kakanda.” Ukun
          memeluk Kamus Umum Bahasa Indonesia kuat-kuat.
              Masih di Jambi, di sebuah kios pangkas rambut, Ukun
          bertanya sambil memperlihatkan foto itu.
              “Aku kenal orang ini!” kata orang itu.
              Ukun dan Tamat terperanjat.
              “Ini JonPijareli, bukan?! Gitaris dari Medan!”
              Tukang pangkas rambut lainnya merubung foto itu.

              “‘La Bamba’!” teriak salah seorangnya sambil menyanyi-
          kan lagu yang liriknya dapat membuat mulut kusut itu. Yang
          lain ikut menari dan menyanyikan lagu runyam itu, meski tak
          jelas apa yang mereka ucapkan. Rupanya Jon pernah memu-
          kau publik Jambi dengan lagu itu.

              “Kalian kenal dengan JonPijareli?” tanya orang tadi.
              “Oh, dia kawan kami,” jawab Ukun bangga.
              “Benarkah?”
              Sayangnya tak seorang pun mengenali Lena dan Zorro.
          Namun, paling tidak sejak itu Ukun dan Tamat mengenal sisi
          lain JonPijareli, yaitu ternyata dia masyhur seantero Sumatra.
          Dia adalah selebritas Sumatra.
   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342