Page 333 - Ayah - Andrea Hirata
P. 333
320 ~ Andrea Hirata
dan Zorro. Itu kewajiban seorang kawan. Kalau nanti mereka
pulang tidak membawa Lena atau Zorro dan Sabari menjadi
gila, silakan juga, tak apa-apa.
Kenyataan sungguh berbeda. Begitu gampang mende-
ngar Manikam menyebut enam kota tadi, tetapi sesungguhnya
kota-kota itu terpisah ribuan kilometer, sedangkan satu-satu-
nya pedoman untuk mencari Lena hanyalah dari surat-surat
sahabat penanya yang masih tertinggal di rumah Manikam.
Hanya itu, tak ada cara lain. Tamat curiga, jangan-jangan
Marlena sudah menikah lagi dengan salah seorang sahabat
penanya.
Manikam tak mau memberi harapan kosong kepada
orang-orang kampung yang naif itu. Sungguh sulit mencari
seseorang hanya lewat sahabat pena.
“Sebaiknya, kalian pulang saja ke Belitong.”
“Terima kasih atas saran Abang, tapi seisi Kampung Be-
lantik telah mengantar kami di Pelabuhan Tanjong Pandan.
Tak mungkin kami pulang begitu saja, lagi pula, tak terba-
yangkan apa yang akan kukatakan kepada Sabari. Kami akan
mendatangi sahabat-sahabat pena itu, apa pun yang akan ter-
jadi,” kata Tamat.
Ukun tercenung, lalu bersabda, “Sauh telah diangkat,
layar telah terkembang, ayam jantan telah berkokok, ayam
betina telah berkotek, bebek telah ber-kwek-kwek, bintang telah
bersinar, bulan juga, takkanlah kiranya kami putar haluan.”

