Page 334 - Ayah - Andrea Hirata
P. 334

Ayah ~ 321








            Berhari-hari mereka terbanting-banting dalam bus kelas eko-
            nomi, akhirnya sampai di Terminal Bus Raja Basa, Tanjung
            Karang.
                 Mereka mendatangi alamat sahabat pena Lena di Krui.
            Orang itu adalah lelaki setengah baya, beranak empat, be-
            kerja sebagai pencari getah damar, istrinya perajin kain tapis.

            Sayangnya, dia tak tahu di mana Lena. Katanya setelah me-
            nerima surat Lena dari Medan, Lena tak pernah lagi memba-
            las suratnya. Kata orang itu, dia telah berkawan pena dengan
            Lena sejak mereka masih kelas empat SD.
                  “Bersahabat pena kian sedikit peminatnya. Ini hobi in-
            dah yang semakin kesepian. Sahabat pena akan segera pu-

            nah, mirip telegram.”
                 Sahabat pena di Metro dan Tulang Bawang memberi
            informasi yang sama soal Lena. Meski kecewa, di Lampung-
            lah Ukun menemukan berliannya wejangan Bu Norma ten-
            tang kekayaan bahasa. Penjelajahan mereka dari Krui ke Tu-
            lang Bawang meliputi wilayah Lampung pesisir, Pubian, dan
            Abung dengan perbendaharaan kata yang berbeda.  Ukun

            merasa berwisata bahasa.
                 Dari Stasiun Pasar Bawah mereka naik kereta dengan
            tujuan akhir Stasiun Kertapati, Palembang.
                 Ada tiga sahabat pena Lena di sana, yakni pedagang ca-
            bai keriting di pasar induk, penjaga toko kelontong di Bom
   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339