Page 350 - Ayah - Andrea Hirata
P. 350

Ayah ~ 337


            lajah Sumatra paling lama sebulan, nyatanya sudah lebih dari

            dua bulan. Harapan satu-satunya tinggal Singkep.
                 Karena lelah dan gagal bertubi-tubi, Singkep menge-
            cilkan hati mereka. Apalagi, teringat kata Manikam bahwa
            Lena tak mungkin ke Singkep sebab jauh dan harus menyebe-
            rangi laut, belum menghitung dia membawa anak kecil.

                 “Tapi, kita harus ke sana, Boi,” kata Ukun menyema-
            ngati Tamat, menyemangati dirinya sendiri sebenarnya.
                 “Kita harus menyelesaikan apa yang telah kita mulai.
            Kalau gagal di sana, baru kita pulang.”
                 Getir Tamat mendengar kata gagal. Ngeri dia memba-
            yangkan Sabari berjalan hilir mudik di Pasar Belantik tanpa
            menyadari bahwa dirinya tak bercelana. Namun, situasi me-
            reka runyam. Persoalannya bukan hanya harapan yang kecil

            untuk menemukan Lena dan Zorro di Singkep, melainkan
            ada soal pelik lain, yaitu duit sudah habis. Neraca keuangan
            mereka bolehlah disebut defisit tingkat gawat. Namun, takkan
            mereka menyerah demi kawan mereka, Sabari. Mereka men-
            cari kerja di kawasan Pasar Aur Kuningan Bukittinggi.

                 Menggulung dinamo memerlukan keterampilan khusus
            yang tak sembarang orang bisa. Perlu pengalaman bertahun-
            tahun untuk bisa ahli. Di sisi lain banyak orang perlu tukang
            gulung dinamo. Oleh karena itu, dengan mudah Ukun men-
            dapat pekerjaan. Adapun Tamat, dengan menerapkan prin-
            sip bersedia bekerja apa saja asal diberi makan, tak terlalu
            susah pula mendapat pekerjaan.
   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354   355