Page 354 - Ayah - Andrea Hirata
P. 354

Ayah ~ 341


                 Mereka berjalan menyusuri jalan yang panjang. Rumah-

            rumah tipikal permukiman buruh tambang berhadap-hadap-
            an.  Terdengar  bunyi  radio atau televisi  dari rumah-rumah
            yang tertutup. Warung-warung  juga tutup. Sesekali orang
            melintas cepat naik sepeda dengan wajah cemas. Begitu se-
            dih suasana, sampai kambing-kambing yang diikat di pagar

            rumah tampak murung. Ayam-ayam yang berkeliaran  tak
            banyak ribut. Anjing  duduk termangu-mangu, jangankan
            menyalak, menggerung saja tidak. Terasa benar kampung itu
            sedang dilanda duka yang mendalam.
                 Ukun mau bertanya apa yang terjadi, tetapi tak ada si-
            apa-siapa. Tiba-tiba melintas sesorang perempuan menyebe-
            rangi jalan, ingin ke rumah tetangganya. Ukun menghampiri-
            nya.

                 “Maaf, Kakanda, gerangan apa yang sedang terjadi?
            Mengapa  sepi sekali?”  Mata perempuan itu merah karena
            habis menangis.
                 “Mengapa bersedih?” tanya Tamat.
                 Perempuan itu heran menatap Ukun dan Tamat.

                 “Tak tahukah kalian ada musibah?”
                 Tamat terkejut.
                 “Musibah apa, Kak?”
                 “Lady Diana meninggal!”
   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358   359