Page 357 - Ayah - Andrea Hirata
P. 357

344 ~ Andrea Hirata


              Mereka  melewati orang-orang  yang  berjalan,  mendo-

          rong gerobak, bersepeda, dan naik motor. Perlombaan aneh
          itu ditontoni orang dari pinggir jalan. Saat itu juru antar surat
          pengadilan agama sedang meluncur dengan syahdu naik mo-
          tor bebek lawasnya. Dia pun heran melihat orang bersorak-
          sorai di pinggir jalan, dan terkejut melihat seorang pria berlari

          dan seorang perempuan bersepeda berkelebat hanya sehasta
          darinya, dekat sekali sehingga dia merasa angin dari dua so-
          sok yang memelesat itu.
              Tak tahu apa yang merasukinya, kontan juru antar su-
          rat terpancing. Sudah lama ditunggunya kesempatan untuk
          menguji kemampuan  motor bebek tuanya itu, kesempatan
          emas itu akhirnya tiba. Langsung di-geber-nya gas motornya
          untuk mengejar Sabari dan Zurai. Motor kuno itu menjerit-

          jerit.
              Melihat ada pesaing baru, Sabari dan Zurai terbakar.
          Para penonton di pinggir jalan semakin riuh. Ada yang me-
          nyemangati Sabari, ada yang berpihak kepada Zurai, yang
          paling banyak adalah pendukung juru antar.

              Menjelang kawasan pasar, perlombaan makin seru. Sa-
          bari masih di depan, Zurai lekat di belakangnya, pontang-
          panting mengayuh sepeda yang juga butut, krontang-krontang
          bunyinya. Keringatnya bercucuran, jilbabnya berkibar-kibar
          tak keruan. Di sampingnya, juru antar memacu sepeda motor
          sambil menundukkan badan bak pembalap motor GP. Na-
          mun sayang, meski telah memutar gas sampai tak dapat lagi
   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362