Page 361 - Ayah - Andrea Hirata
P. 361

348 ~ Andrea Hirata


              Sabari dilanda perasaan senang yang tak mampu dilu-

          kiskannya dengan kata-kata ketika membereskan tempat ti-
          dur Zorro. Diciuminya bantal dan selimut yang dulu dipakai
          anaknya itu.
              Segala hal disapu, dibersihkan, disikat. Rumah yang di-
          tinggalkan, lalu dikuasai hewan liar, kini didudukinya kem-

          bali. Jika lelah, dibacanya lagi surat Tamat itu, semangatnya
          meletup lagi.
              Telah lama Sabari tak duduk sendiri di bangku di beran-
          da rumahnya. Satu hal yang dulu sering dilakukannya untuk
          merenungkan nasib. Malam itu dia duduk di situ. Abu Meong
          berbaring malas di pangkuannya. Bahkan, malas untuk seka-
          dar mengibaskan ekor. Nun di balik padang ilalang di depan
          sana, Sabari melihat purnama telah bangkit.

              Malam beranjak lambat dan langit semakin terang. Be-
          gitu terang sehingga Sabari dapat melihat tulisan Tamat di
          surat itu, yang telah dihafalnya, kata demi kata, semua titik
          dan komanya. Sabari tak tahu drama apa lagi yang akan me-
          landanya, tetapi anaknya akan segera pulang. Sabari tak da-

          pat menggambarkan perasaannya.
              Di pasar, Sabari minta pekerjaan apa saja dari siapa saja.
          Kuli panggul hanya memanggul sekarung terigu, dia sanggup
          dua karung. Dia membersihkan perahu, mengangkat peti es,
          mendorong gerobak, memikul sayur-mayur, membantu ibu-
          ibu berbelanja. Dia bekerja seperti tak ada lagi hari esok kare-
          na dia punya rencana yang manis.
   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366