Page 360 - Ayah - Andrea Hirata
P. 360

Ayah ~ 347


                 Diamatinya pekarangan, rumput berlomba tinggi de-

            ngan ilalang. Pohon delima, yang di bawahnya dulu Zorro,
            Abu Meong, dan Marleni senang bermain, telah tumbuh
            tinggi. Ayunan yang dibuat Sabari untuk Zorro dan ditautkan
            di dahan delima itu talinya telah putus, terkulai menyedihkan.
                 Pohon  gayam di belakang rumah  pasti sudah didiami
            bangsa-bangsa  hantu. Atap rumah telah menjadi sarang-
            sarang burung kinantan, tokek dan cicak berebut kuasa. Siku-
            siku tiang didiami tupai. Beberapa ekor bengkarung gendut
            pasti suka menggunakan rumah yang diabaikan itu untuk satu

            pesta yang tak senonoh. Mendengar langkah Sabari di be-
            randa, berhamburan mereka dari dalam rumah, menyusup di
            bawah pintu dan meloncat melalui celah jendela. Hewan itu,
            elok rupanya, cabul jiwanya.
                 Senang tak terkira Sabari  bertemu kembali dengan
            radio nya yang telah berdebu. Yang pertama dilakukannya
            adalah berutang batu baterai di warung tetangga. Radio itu
            masih berfungsi dengan baik. Siang itu pas siaran musik pele-
            pas lelah. Lagu dangdut berdenyut-denyut. Sabari memutar
            tombol volume sehingga kandas, lalu semua hal, dia sendiri,
            radio itu,  hewan-hewan,  termasuk rumah  reyotnya, seolah
            bergoyang-goyang.

                 Diiringi dentum musik, Sabari membetulkan atap. Te-
            lur-telur burung kinantan  yang belum menetas, beserta sa-
            rangnya, dipindahkannya ke  pohon  delima. Rumput  yang
            tinggi dibabat. Dinding papan yang terlepas dipaku kembali.
            Sepeda yang telah lama tersandar merana, diperbaiki.
   355   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365