Page 29 - BUKU PELESTARIAN LINGKUNGAN ISBN 2023_Neat
P. 29
oleh masyarakat, serta kurangnya keterlibatan kaum
akademisi dalam dunia kritik sastra. Meskipun produksi
karya sastra di daerah ini cukup menggiurkan dari kalangan
pemula hingga sastrawan berpengalaman, kritik sastra
populer dianggap rendah mutunya dan kurang edukatif
karena ditulis oleh kritikus yang belum diuji
keprofesionalismenya. Meski demikian, puisi dan cerpen
masih terus bermunculan dalam berbagai media massa dan
antologi di Medan, termasuk di Harian Analisa, Harian
Medan Bisnis, Harian Waspada, Harian SIB, Harian Sumut
Pos, dan Mimbar Umum.
Pertumbuhan sastra di Sumatera Utara
menyebabkan kekurangan kritikus sastra, dan beberapa
kritikus yang ada pun menjadi jarang terdengar. Makalah
oleh Suyadi San di Harian Waspada pada 25 September
2011 membahas kekhawatiran mengenai kehilangan
kritikus sastra seperti Ikhwanuddin Nasution, Damiri
Mahmud, Syaiful Hidayat, Shafwan Hadi Umry, dan Wan
Syaifuddin Edwin. Faktor usia dan takut akan kritik yang
menakutkan bagi penulis merupakan penyebabnya. Kritik
sastra yang diharapkan adalah yang bersifat memotivasi
penulis untuk menciptakan karya yang semakin baik, bukan
23