Page 34 - BUKU PELESTARIAN LINGKUNGAN ISBN 2023_Neat
P. 34
penulis dan tim redaksi, dan hanya 150 orang yang
membayar majalah ini.
Meskipun pembaca majalah Pujangga Baru tidak
banyak, pengaruhnya sangat besar. Banyak ahli, termasuk
Prof. Husein Djajadiningrat, Maria Ulfah Santoso, Amir
Sjarifuddin, Mr. Sumanang, dan Poerwadarminta,
menyumbangkan tulisan. Sekitar 20 intelektual Indonesia
menjadi inti gerakan majalah ini.
Pujangga Baru mengeluarkan terobosan, seperti
menggantikan penggunaan bahasa Melayu dengan
perpaduan bahasa daerah dan bahasa asing. Pujangga Baru
juga mendapat kritik dari kaum bangsawan Melayu, guru
yang setia pada pemerintah kolonial Belanda, dan beberapa
tokoh bahasa seperti H. Agus Salim, Sutan Moh. Zain, dan
S.M. Latif. Mereka menganggap bahasa dalam majalah itu
merusak bahasa Melayu.
Pujangga Baru telah terbit sebagai tanggapan atas
sensor Balai Pustaka terhadap karya sastrawan yang
berfokus pada nasionalisme dan kesadaran bangsa. Sastra
Pujangga Baru bersifat intelektual, nasionalistik, dan elit.
Dalam edisi pertama Pujangga Baru, diumumkan
bahwa majalah akan terbit dua bulan sekali karena
keterbatasan dana. Majalah ini menawarkan langganan
28