Page 140 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 140
dalam diriku. Aku tak berhak membencinnya. Aku harus tetap
bangga padanya.
―Arggghh…! AKU KECEWA MA..!‖ Aku berteriak
sekuat tenaga. Entah pantulan suaraku sampai mana kau tak
peduli. Tak ada orang di sini. Hanya ada ayunan yang
mengayun lambat akibat angin yang berhembus lirih. Hanya
ada jungkat-jungkit yang tak terangkat. Hanya ada aku dan
kekecewaanku terhadap mama.
Perlahan ku tinggalkan taman yang kosong ini.
Berjalan menyusuri jalan yang dulu menjadi jalan kebahagian.
Jalan yang selalu aku dan mama lalui untuk bermain bersama.
Bermain di taman yang tadi aku singgahi. Begitu cepat dunia
ini berputar. Berputar menghilangkan kenangan manis yang
pernah diukir dalam setiap jengkal langkah ini. Kenangan yang
terukir dalam setiap kedipan mata. Kenangan yang mungkin
masih terdengar menyenangkan. Kenangan tentang kebanggan
yang Kartiniku ciptakan.
Aku kehilangan Kartiniku. Mereka kehilangan Kartini
mereka. Mama ku merusak kesan manis yang Ibu Kartini
tinggalkan. Toko malam itu dengan seenaknya mengubah
reputasi baik Ibu Kartini. Aku benci. Aku benci mamaku.
Aku sayang mamaku.
―Mama khawatir, dari mana saja kamu, Sayang?‖
Mama menyambutku di depan pintu dengan muka cemas.
Aku diam tak menghiraukannya. Melengang pergi
begitu saja. Jujur, hatiku sakit mengabaikan mama seperti
ini. Aku tak tega melihat muka kecewa mama terhadap
131
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

