Page 149 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 149
yang baru ya?‖ anak itu bertanya dengan tangan yang
disilakan di atas meja. Sangat sopan.
―Ya, betul sekali. Siapa namamu?‖ Harnina bertanya
sembari berniat untuk menghafal nama anak-anak yang aktif
bertanya.
―Alawi, Bu.‖ dilemparnya senyum penuh kegembiraan.
Aura di dalam kelas cukup menyenangkan. Sangat
tertata rapi. Tidak gaduh suasananya. Harnina tersenyum dan
berniat untuk memperkenalkan diri.
―Selamat pagi,‖ Harnina menyapa dengan
bersemangat, ―Ibu yang akan menggantikan Ibu Sutini
sebagai guru bahasa Indonesia. Kalian tahu pepatah
mengatakan, ‗tak kenal maka tak sayang‘. Maka izinkan ibu
untuk memperkenalkan diri. Nama ibu, Harnina. Kalian bisa
panggil Ibu Nina.‖
Setelah perkenalan, pelajaran pun dimulai. Harnina
yang awalnya merasa gugup sekarang sangat menikmati
perannya sebagai guru. Ia berhasil di posisi yang sangat
diinginkannya. Menjadi seorang guru, seperti Bu Karmi. Sosok
pahlawan tanpa tanda jasa.
Harnina membuktikan bahwa seorang perempuan
wajib memiliki cita-cita setinggi mungkin. Berhak
mendapatkan pendidikan yang tinggi. Memang tak seberapa
pendapatan seorang guru. Tetapi dilihat dari keikhlasannya
mengajar seorang guru dapat menghasilkan anak muda
Indonesia yang berprestasi.
***
140
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

