Page 153 - Perempuan Yang Ingin Membeli Masa Lalu
P. 153
itu kuat dan berharga dunia. Pasar dengan hinggar
binggarnya, kususuri jalanan kering penuh sesak, lorong dan
sempit. Berjejer-jejer sosok tubuh tua dan renta.
Sesosok tubuh tua nan renta itu berada di dalamnya.
Meski suara mereka tertutup canda tawa anak-anak,
sempritan juru parkir, serta dentuman barang-barang pasar
yang baru datang di pagi hari.
Ketika itu salah satu di antara mereka tersenyum lalu
aku melangkahkan kaki lebih dekat kearahnya. Tiba-tiba aku
masuk ke dalam matanya, melesap melalui selaput-selaput
syaraf tipis dan menyelam ke dalam palung jiwanya. Begitu
jernih hingga aku lupa aku sedang menyelam di dalamnya. Aku
tahu, menjadi tahu.
Ia bangun dan merasakan pegal-pegal terlebih dulu pada
tulang-tulangnya hingga tiba-tiba aroma kulit yang biasa
dilumuri minyak gosok mulai wira-wiri mengikuti tulangtulang,
tubuh, renta, tua, dan mau mati. Bau-bau napas yang menusuk
yang seakan habis masanya begitu tersenggalsenggal.
Merasuk ke hidung-hidung ternak, ayam. Bau-bau itu
membangunkan ternak, membangunkan ayam dan membuat
mereka bernyanyi bergantian.
Kuasa kata-kata mereka seakan doa-doa yang sengaja
mereka tujukan untuk tulang-tulang, tubuh, renta, tua, dan
mau mati tersebut. Dan hal itu pastilah benar karena burung
ikut bersenandung mengiringi, membalas untaian misteri yang
sengaja mereka ciptakan kepadaku.
144
Antologi Cerpen PEREMPUAN YANG INGIN MEMBELI MASA LALU

